Akhirnya, kekangenan saya
terobati tadi pagi. Ikut kuliah media...yang rasanya sudah berlama-lama tidak
saya hadiri. Afwan...
Saat mau dimulai kulmednya, eh
Hafiz sama Anda masih di tempat akhwat, alias masih asik bercerita dan bergaya
dengan kami. Pas mau mulai, akhirnya Pak Adit memanggil Hafiz dan Anda untuk
nggak di tempat kulmed lagi. Eh, mereka susah disuruh turun. Akhirnya, Pak Adit
bilang, “turun dulu ya, mau ngaji lho..” (afwan kalo salah redaksi kalimat). Dan
apa yang terjadi sodara-sodara? Dengan innocent-nya hafiz menjawab, “o, mau
ngaji ya”. Dan akhirnya, merekapun turun. Ya, haifz baru berumur lima tahun
anyway. Huwa, rasanya terharu, anak umur lima tahun sudah mengerti kalo dia
seharusnya tidak disitu saat itu (meskipun akhirnya balik lagi sekitar sejam
berikutnya dan dengan gembira bercerita tentang balon pesawatnya).
Jadi inget iklan yang ada di 93,8
saat perbandingan dua ibu dalam menghadapi anak bayinya menangis. Yang satu,
dengan sabar mengganti popok anaknya yang menangis di tengah malam dilanjutkan
dengan shalat tahajud. Yang lainnya, dengan agak kesel mengganti popok anaknya
di tengah malam. Saat sepuluh tahun kemudian, si ibu yang sabar mendapati anak
yang baik dan berbakti padanya. Ibu yang kesal mendapati anak yang susah diatur. Pelajaran pertama pagi tadi, ibu
adalah madrasah pertama bagi anaknya.
Lanjut ke pembahasan kulmed, ternyata
saya lumayan ketinggalan jauh sama temen-temen lainnya. Sudah ada
project-project yang luar biasa menanti, saya hanya bisa mengikuti dulu. Sampai
akhirnya Pak Adit membahas tentang pembuatan zine, dan berujung pada pembuatan
zine personal, yang diakhiri dengan , “Immash masih suka nulis?”. Pertanyaan yang
hanya saya jawab dengan senyuman. Tau sendiri kondisi blog saya akhir-akhir
ini. Update yang nggak update. Sampai kapan lalu saya dapet pinjeman buku “Warnai
Dunia dengan Menulis – M. Anwar Djaelani”, di situ disebutkan :
“Penulis pasti ‘kaya’, sebab
profesi itu mengharuskan seseorang banyak membaca. Tanpa membaca(nyaris)
mustahil penulis dapat berkarya dengan baik. Dengan banyak membaca, bisa
dipastikan ilmu seseorang penulis lebih kaya ketimbang yang bukan penulis”(halaman
32)
Pelajaran kedua, saya ingat-ingat
banyak buku yang masih belum saya baca bahkan berplastik di kamar. Artinya,
saya kurang membaca buku beberapa waktu ini. Dan tugas menulis sebenarnya sudah
menunggu. Tapi saya ingat dan memaksakan untuk mulai menulis apa saja, karena
di awal saya menyukainya (baca:menulis), apa saja saya tulis. Masih ingat saat
awal magang di Sa’i, saya yang nggak pernah nulis dan dibaca orang lain harus
menulis sesuatu untuk dievaluasi orang lain. karena nggak ngerti mau nulis apa
dan nyari yang saya bisa, akhirnya saya menulis beberapa resensi buku.
Intinya pagi tadi saya juga
mendapat pengingat tentang suatu mimpi
yang mungkin mulai terpendam jauh, tentang media. Mimpi lanjut studi tentang
media dan membangun perusahaan media suatu saat nanti. *mupeng sama disertasi
yang diceritakan Pak Adit. Magang, Kajian media, sampai kuliah media, apapun
namanya insyaAllah akan selalu dirindukan penggemarnya. Hehe. Ayok membaca dan
menulis.
Comments