Penulis : Adian Husaini
Tebal : 253 hlm
Penerbit : Gema Insani
Tebal : 253 hlm
Penerbit : Gema Insani
Berawal dari membaca review
bukunya di insistnet.com, dan saya memutuskan...saya pengen baca buku ini. Hehe.
sayang seribu sayang, nomor pemesanannya tidak bisa dihubungi, akhirnya sayapun
menunggu kalo-kalo ada balasan. Tapi ternyata, ketika sedang ngobrol dengan
teman, saya lupa pembicaraan apa yang mengarahkan saya ke “Kemi 2”, ukh Nuris
bilang kalau Kemi 2 sudah ada di Media Idaman. J
(kenapa jadi cerita sejarahnya pembelian buku ini?)
Kemi 2, masih melanjutkan kisah
Kemi 1. Namun di novel kedua ini, lebih banyak analisis yang ditampilkan. Hampir
dari awal sampai akhir pembaca dibawa untuk ikut menganalisis bagian-bagian
rencana dari proyek “pengamanan” Kemi oleh orang-orang Liberal.
Karena kebanyakan berupa analisis, kisah yang ditonjolkan adalah penelususan kepergian Kemi. Karena Kemi dinilai sebagai aset yang berharga bagi Ben Rustach dkk, maka merekapun melakukan berbagai cara supaya kasus yang menimpa Kemi tidak begitu ramai lagi dibicarakan publik dan berakhir pada hilangnya Kemi dari RSJ.
Karena kebanyakan berupa analisis, kisah yang ditonjolkan adalah penelususan kepergian Kemi. Karena Kemi dinilai sebagai aset yang berharga bagi Ben Rustach dkk, maka merekapun melakukan berbagai cara supaya kasus yang menimpa Kemi tidak begitu ramai lagi dibicarakan publik dan berakhir pada hilangnya Kemi dari RSJ.
Masih dengan gaya khasnya,
penulis membuat pembaca tidak terlalu “berpikir keras” ketika membaca novel
ini, namun isinya berbobot dan mampu membuat kita menganalisis dan berpikir
mengenai apa yang terjadi di sekitar kita. Selain beberapa tokoh lama yang
masih muncul di Kemi 2, penulis menampilkan tokoh-tokoh baru yang meramaikan
isi novel. Seperti Habib Marzuki dengan gaya “tanjap gas” terhadap berbagai
aliran sesat yang ada di Indonesia, Bejo seorang wartawan gosip yang semakin
cerdas pemikiran Islamnya karena rajin mengikuti kajian pemikiran serta menjadi
salah satu tokoh penting dalam pencarian Kemi.
Hal yang ditonjolkan selain
pencarian Kemi adalah bangkitnya Siti, yang dulu merupakan aktivis kesetaraan
gender, dan kini menjadi pengamat kesetaraan gender di Indonesia, tentu dengan
pemahaman yang lurus dan ingin menjauhkan para muslimah dari jebakan bias
bernama gender. Ibu dari Siti pun menjadi salah satu tokoh penting yang
mendukung Siti untuk memenuhi undangan DPR dalam dialog kesetaraan gender,
ketika RUU kesetaraan gender ramai diperbincangkan. Berikut kutipan dari Ibu
dari Siti mengenai kesetaraan gender, “..ia sudah terjerat ke dalam alam
berpikir “kesetaraan” model Barat yang memahami arti “setara” adalah sama dalam
segala hal. Laki-laki dan perempuan disetarakan dalam peran dan tuga kehidupan.
Ini sangat berbeda dengan ajaran Islam yang memahami “setara” di hadapan Allah,
tetapi ada pembagian tugas dan peran yang berbeda...”
“Dalam pandangan Islam,
laki-laki dan perempuan sudah diberikan tugas dan peran yang berbeda sesuai dengan
kodratnya masing-masing. Jenis tugas itu tidak ada yang tinggi atau rendah
sebab yang terpenting adalah tanggung jawab di akhirat...”
Walaupun akhir dari novel ini “menggantung”
dan sempat membuat saya berkata, “yah..sudah selesai”, tetapi tetap saja
menjadi salah satu recommended book bagi yang mau baca. Hehe. karena saya
yakin, pasti ada Kemi 3. Semoga. [imm]
Comments