Ah ya, sudah hampir setahun
setelah wisuda. Itu artinya berdampingan dengan hampir 5 tahun pula saya berada
di kota ini. Surabaya. Itu artinya pula hampir 5 tahun saya mencicip manisnya ‘tarbiyah’.
Sederhana, berkelanjutan, dan
teduh. Ketika sudah memulai dengan bacaan basmalah dan shalawat, rasanya
keteduhan semakin menjalar. Ditambah tilawah dan taujih, menambah kesejukan
dalam lingkaran. Seharusnya tidak ada yang bisa menghalangi kita untuk malas mentoring. Malas karena ada agenda lain, malas karena tugas belum selesai, malas karena jauh, malas karena tidak ada tebengan, dll. Cukup 2-3 jam sepekan, tidak lebih.
dalam lingkaran. Seharusnya tidak ada yang bisa menghalangi kita untuk malas mentoring. Malas karena ada agenda lain, malas karena tugas belum selesai, malas karena jauh, malas karena tidak ada tebengan, dll. Cukup 2-3 jam sepekan, tidak lebih.
Temukan kesederhanaan yang
membuat keluarbiasaan terbentuk disana. Jalani keberlanjutan dengan ikhlas dan
pengharapan kepada Allah. Jentikkan keteduhan pada setiap lingkaran, baik
ketika menjadi murobbi maupun mad’u nya. Lihatlah, barisan kebaikan yang siap
dikerjakan. Jangan berharap hanya menerima, karena terlalu banyak yang kita
terima. Jadikanlah setiap lingkaran sebagai bekal untuk ‘perjuangan’ di medan
juang yang terbentang. Jangan malas, jangan terlalu mengasihani diri sendiri. Menikmati
lingkaran tiap periode. Dengan segala perubahan dan dinamikanya.
Mari Melingkar.
Maka, resapilah setiap hari
setiap saat, betapa nikmat berada di jalan dakwah ini. Karena proposalmu adalah
kepada Allah, bukan kepada manusia. Proposalmu adalah kerja di jalanNya, bukan
untuk posisi dunia. (Cahyadi Takariawan)
Comments