Ini nih yang namanya 'montik' |
Masih di pematang yang sama, dulu
beberapa kali diajak untuk ater-ater makan siang ke pak tani yang sedang mengerjakan sawah,
atau ke kakek yang kala itu masih kokoh dengan otot-otot rentanya. Suatu kala,
kami hanya duduk di gubuk pinggir sawah. Menghirup udara sawah dalam-dalam,
mendengar desau angin yang menyapa kulit, atau menikmati kepakan serta kicauan
burung yang berusaha untuk mengincip padi yang telah terasa berat.
Ketika mulai beranjak ke kota
lain, hanya derum motor yang menyapa jalan-jalan tanah yang dulu kulalui dengan
sepeda. Hanya selintas saja, itupun karena ada perlu ke rumah saudara atau
kegiatan lain. Tidak pernah lagi menikmati jalan aspal yang diapit kebun jagung
yang sangat luas dan langit indah sebagai atapnya. Hanya selintas saja. Padahal
tempat tersebut bisa dibilang kawasan favorit jika kebetulan melewati atau
sengaja lewat di daerah itu.
Aroma manis gula juga kadang
tercium saat bersepeda di depan pabrik gula, bonus ‘langes’(semacam sisa-sisa
penggilingan gula berwarna hitam) biasanya. Sampai di jalan depan kuburan,
biasanya kami mencari jamur yang tumbuh di ‘blothong’ atau ampas penggilingan. Anehnya,
meskipun semangat mencari, saya tidak semangat untuk memakannya. Hehe. Bergeser
sedikit ada satu pohon yang cukup fenomenal di desa, pohon asem. Dan karena
pohon asemnya gede banget, terletak di pertigaan jalan, wilayah tersebut
dinamakan asem gede. Waktu kecil, kami lumayan ‘ngeper’ juga kalau lewat pohon itu malem-malem.
Saat ayah mau berangkat kerja,
ada ritual lain yang biasa kami lakukan juga, saya dibonceng keliling kampung
sebelum akhirnya beliau harus segera ke kantor. Yang bisa dibilang lucu kalo diingat, saat
ada ‘montik’, kereta pengangkut tebu, saya selalu heboh sendiri dengan bergegas
lari ke depan jendela dan melihat sang ‘montik’ berjalan pelan. Kalau lagi
beruntung, saya bisa melihat adegan anak-anak muda yang menarik beberapa batang
tebu dari ‘montik’untuk dimakan. Hehe. Sederhana. Hal-hal yang tidak bisa
ditemui ditempat manapun, dengan sejuta kenangan yang ada. Meski kadang semua
kondisi sudah berbeda, kita masih bisa mencicip aroma kerinduan saat
mengingatnya. Childhood.
Comments
Kapan-kapan saya boleh diajak kesana. Hehe :)