Ceritanya beberapa
waktu lalu baru liat filmnya rectoverso di tipi, setelah bertahun-tahun udah
lewat dari bioskop. Haha. Dan beberapa saat kemudian saya membahasnya di meja
makan bareng teman saya yang emang pecinta film tingkat akut kali ya, haha,
sampe-sampe dia bikin blog khusus untuk nyeritain film2 atau serial yang pernah
ditonton. Oke skip, balik lagi ke rectoverso. Film dengan cerita sederhana yang
dikemas sederhana tapi saya tangkap dengan
bahasa khas dewi lestari yang
menurut saya selalu sukses menghadirkan kisah sederhana menjadi tidak
sederhana*deuu bahasanya. Cerita “Abang” dan “Punggung” paling dapet bahasa
sederhananya. Tau deh judul sebenarnya apa di bukunya, karena saya belum baca
yang rectoverso. hoho
Dari rectoverso
beralihlah pembahasan kami tentang ‘bahasa’ yang selalu bisa dihadirkan Dee di
setiap novel atau kumpulan ceritanya.
Yang menurut kami sederhana, tidak berbelit-belit, tidak pakai ‘bahasa
langit’ yang kadang susah dicerna, tapi cukup penuh teka-teki. Ya, menurut saya pribadi bahasa teka-teki
sering muncul dalam cerita-cerita yang ditulis Dee, entah bagaimana pula saya
menjelaskan tentang ‘bahasa teka-teki’ itu. Selain itu tokoh-tokoh yang dibuat
punya karakter kuat.
Perkenalan saya
dengan tulisannya ya di Novel Supernova pertama “Ksatria, Putri, dan Bintang
Jatuh” yang saya pinjam di salah satu persewaan komik di kota kelahiran saya,
saat masih SMA. Buku kedua “Filosofi Kopi”, nah kalo yang ini saya nggak nyewa
lagi, beli di awal masa kuliah di gramedia kertajaya. Dan entah sudah dimana
perginya buku yang satu ini. Yang terakhir barulah “Madre” yang sekarang masih nangkring di rak buku.
Cerita biasa menjadi tidak biasa, karakter yang unik , dan
tulisan yang penuh teka-teki, hehe. Meskipun ada beberapa idenya yang kurang
saya sepakati, tapi overall saya suka cara penyajian dari hasil pikirannya.
#sok2anbangetsayah
Comments