Dan kematian itu
merupakan sebuah kepastian.
Dengan segera kuhabiskan makan pagiku kali ini, lauk
sederhana yang baru kubeli dari salah satu warung langganan di Keputih. Mengemasi
pakaian dan barang yag kira-kira harus dibawa pulang, seadanya dan
terburu-buru. Segera saja aku izin pada anak-anak di asrama, mengsms beberapa
orang yang terkait dengan amanah kala itu. Dan segera saja kuarahkan vario pink
ku ke jalanan Surabaya menuju Bungurasih.
Di perjalanan, masih terngiang, “Bapak nggak sadarkan diri
dek, dari kemarin. Segera pulang” . Yah, percakapan singkat dengan tetanggaku
sekaligus sahabat ibuku yang pada akhirnya membuatku bergegas pulang dengan bus
jurusan Surabaya-Ponorogo.
Di dalam bus, pikiranku masih melayang. Mengingat beberapa
bulan akhir ini memang kondisi bapak menurun, membuatku semakin sering
bolak-balik Surabaya-Madiun untuk menjaga beliau. Semakin sering pula aku
meninggalkan asrama dan amanah kampus. Saat itu memang semester akhir bagiku,
jadi kuliahpun tinggal satu mata kuliah dan tugas akhir, jadi tidak perlu
khawatir untuk ketinggalan kuliah.
Sesampainya di rumah sakit, yah well rumah rasanya pindah ke
rumah sakit selama beberapa bulan, langsung ke ruang di mana bapak dirawat. “Bapak
nggak bisa makan, udah nggak sadar dari kemarin” kata ibuku mengabarkan. “Pak,
immash pulang” bisik ibu pada bapak. Kulihat bapak mengerjapkan mata beberapa
kali. Dan akupun mencoba menyuapkan air putih dengan sendok ke mulut bapak yang
mengering, setelah air mulai bisa diterima bapak, akupun mencoba untuk
menyuapkan bubur sumsum. Dan kembali bapak mau menerima bubur sumsumnya, tapi
hanya dua sendok, itupun bagian ujungnya saja.
Dan ternyata itulah makanan terakhir yang masuk lewat mulut
bapak, setelah itu makanan disuplai melalui semacam infus makanan. Sampai akhir
berpisah dengan bapak, tidak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulut beliau.
Hampir tiga tahun berpisah dengan beliau, dan lagi-lagi saya
masih sering berpikir bahwa bapak hanya pergi tugas ke luar kota, tidak lama.
Alhamdulillah, gadis kecil yang dulu sering bapak panggil “Nduk”
sekarang sudah 25 tahun. Semoga Allah
melapangkan kubur bapak, sampai jumpa di tempat terbaik di sisiNya.
Comments