Semarang: Titik Jauh

Jauh adalah kata yang mengawali perjalanan. Jauh menawarkan misteri keterasingan, jauh menebarkan aroma bahaya, jauh memproduksi desir petualangan menggoda. Jauh adalah sebuah pertanyaan sekaligus jawaban, jauh adalah sebuah titik tujuan yang penuh teka-teki. (Agustunus Wibowo)

Kami dipertemukan kembali justru di titik yang jauh dari kampung halaman, meski masih di jawa jaraknya lebih dari 500 km. Dari Timur ke Barat, melintasi puluhan stasiun atau terminal jika lewat jalur darat. Dan di ujung kapal yang semakin lama menjauhi daratan kami memulai percakapan yang mungkin telah tertunda bertahun lamanya. Pada bulan-bulan berikutnya jarak yang serupa ratusan kilometer itu telah kembali menjadi beberapa kilometer.

Setelah satu titik jauh terlampaui ternyata tidak membuat kami bosan untuk kembali ke titik jauh berikutnya. Dan pekan ini akhirnya salah satu titik yang telah kami tandai terlampaui juga. Tahun depan masih akan menjadi penyelesaian rangkuman titik jauh yang kami tuju.  Bismillah....

Cekidot cerita perjalanan semarang:

Seperti perjalanan-perjalanan sebelumnya, pasti yang dilakukan adalah survei atau browsing gampangnya. Tentang rute perjalanan, apa yang bisa kita jelajahi, menginap dimana, perkiraan biaya perjalanan bersamanya berapa, dll. Dan rasa-rasanya pembagian tugas masih berkisar pada hal yang sama. Hehe.

Kami memutuskan berangkat lebih pagi, karena lagi liburan panjang jadi kami menduga lalu lintas lebih ramai dari hari-hari biasanya. Malam sebelum keberangkatan saya menginap di rumah piko, karena lebih hemat waktu dan tenaga penjemputan. Sekitar pukul 03.30 berangkat dari rumah piko, lanjut menjemput niken dan shalat subuh. Piko menyetir dari awal, alhamdulillah tidak terjadi kemacetan seperti yang kami khawatirkan. Selain masih pagi mungkin karena kami berangkat tanggal 24 desember jadi belum merupakan puncak liburan.

Hanya sedikit melambat di hutan ngawi, karena seperti biasa ada truk pengangkut barang yang cukup berat jadi jalannya harus anggun. Keluar dari hutan ngawi, jalanan masih padat tapi tidak macet. Saat menemui celah untuk menyalip, maka piko ambil ancang-ancang untuk menyalip dari sebelah kanan. Sampai suatu ketika, saat piko ambil jalan ke kanan dan mau menyalip truk, ternyata di depan ada bus solo/jogja-sby yang tinggal beberapa meter saja. Sedangkan mau masuk ke jalur kiri ada motor yang tidak segera minggir. Posisi di kanan mau menyalip, sebelah kiri ada truk, di depan ada bus besar kira-kira seperti itu gambarannya. Hanya jarak beberapa detik, jika tidak mengambil keputusan yang benar sepertinya akan terjadi kecelakaan besar-besaran. Bus penumpang di depan sudah ancang-ancang agak ke badan jalan. Tapi di luar dugaan, dalam hitungan detik piko mengambil keputusan untuk membanting stir ke kanan.

Berhenti sejenak, sambil menyadari sepersekian detik yang baru saja terjadi. Alhamdulillah... masih lolos. Bapak-bapak yang ada di kanan jalan mungkin juga ikut berhenti sejenak dari aktifitasnya sambil menatap ke arah kami. Tapi perjalanan kami ke titik jauh dari kampung halaman belum usai saat hampir saja moncong avanza bertumbuk dengan bus antar propinsi. Mulai masuk ke jalur yang merayap, dan apa yang bisa kita dapatkan? Menambah cakrawala pandang kita baik dari depan, belakang, kanan dan kiri, belajar memperhitungkan jarak aman untuk melakukan gerakan maju ataupun arah lainnya, menggunakan intuisi untuk mengambil tindakan tepat dan cepat.


Comments