Salah satu kunci dari perjalanan adalah menikmatinya dengan penuh
syukur, merasakan hawa berbeda dari tiap tempat yang dilintasi, mengobrol
ringan dengan teman perjalanan, menyambut tiap ‘kejutan’ yang tak disangka atau
berkontemplasi dengan diri sendiri.
Alhamdulillah perjalanan lancar,
berhenti untuk rehat dan makan malam di Probolinggo. Lalu kembali lagi menyusuri jalur utara dalam gelap. Di tengah
perjalanan, ternyata ada operasi kepolisian, bukan untuk memeriksa SIM/STNK
dari pengemudi. Tapi pemeriksaan mobil beserta isinya juga. Lancar, karena
memang kami tidak membawa senjata tajam, obat terlarang, dll. Hanya ada sedikit
kejadian konyol yang dialami syarif. Saat diminta STNK dan SIM, bukannya
bingung nyari SIM A nya sendiri tapi pinjam ke ocha, soalnya SIM A nya syarif
ternyata lagi tertimbun di tas bagasi mobil. Karena di mobil juga nggak keliatan, langsung
deh dikeluarin berbagai macam kartu dari dompet ocha. Dan karena lagi-lagi
nggak keliatan, yang dikasih ke pak polisinya malah SIM C, bukan SIM A. Tapi
kayaknya emang fokusnya bukan untuk pemeriksaan SIM dan STNK, jadi kita lolos
aja meski SIM juga nggak sesuai ama muka sopir.
Lanjut perjalanan, karena ngantuk
tak kunjung datang. Sedangkan bangku depan kami sepertinya sudah mulai
mengantuk, pak sopir yang mengemudikan mobil sendirian kasihan juga kalo
ditinggal tidur. Kami pun ngobrol ngalor ngidul, dari aktivitas, kapan nikah
#eaaa, rencana perjalanan berikutnya, dll. Saat sudah memasuki jalanan ijen,
semuanya tambah lebih gelap. Karena memang tidak adanya penerangan dan rumah
penduduk di sepanjang jalur. Hanya ada beberapa blok kampung yang tersebar di
beberapa titik. Setelah berkutat dengan jalan sepi dan gelap, akhirnya kita
tiba di pos bayangan. Di sini kami diminta untuk memberikan jumlah rombongan
dan pembayaran uang jalan seiklhasnya. Tak jauh dari pos bayangan ternyata ada
pos 1 yang meminta jumlah rombongan dan
uang jalan. Dan ketika hampir sampai paltuding, kami bertemu satu pos yang sama
dengan instruksi yang.....sama juga #eaa. Sampai Paltuding, atau pos terakhir
sebelum jalur pendakian, kami rehat sebentar, persiapan barang-barang yang
dibawa, ke toilet dan foto-foto. Hehe.
Di Paltuding telah banyak mobil
dan motor yang berjejer dengan rapi menandakan sudah banyak orang yang datang
sebelum kami. Di sana ada toilet juga yang disediakan untuk pengunjung, jadi
lebih baik ke toliet dulu karena di jalur pendakian nanti nggak ada toilet umum
kecuali di pos akhir sebelum kawah ijen. Ada warung-warung makan kalo pada mau
ngisi perut sebelum mendaki, karena lagi-lagi di jalur pendakian nggak ada
warung selain yang ada pos akhir sebelum kawah ijen. Ada homestay juga
ternyata, untuk pengunjung yang mau menginap sebelum atau setelah mendakii. Di beberapa
titik terlihat tenda-tenda yang didirikan. Ada musholla juga di sisi yang
berlawanan dari arah pendakian. Sebelum memulai mendaki, masing-masing pendaki
dikenai biaya per orang dan dibayar di persimpangan jalur pendaki.
Comments