Titik jauh ternyata hanyalah sebuah jarak yang sebenarnya tidak dapat
memutuskan titik pertemuan yang sudah diatur olehNya
Di stasiun sepanjang kami numpang
ke toilet dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Benar kata jojo, dari
sepanjang ke bungurasih dekat dan bisa ditempuh dengan naik angkot. Hehe. Saat
keluar dari stasiun, hujan rintik ternyata sudah menyambut. Angkot kosong
berwarna biru menyambut kami untuk ikut menumpangnya ke bungurasih. Beberapa saat
setelah kami naik angkot biru itu hujan tak dapat dielakkan, deres binggo. Sampe-sampe
saya pake payung di dalam angkot untuk menghalau hujan dari pintu masuk
angkotnya. Sepanjang perjalanan, saya mecoba menebak ini daerah mana tapi gagal karena kaca di angkot sudah terlalu buram untuk menghasilkan gambaran kawasan yang kami lalui secara HD. Hampir mendekati bungurasih dan langit masih saja menumpahkan
isinya, akhirnya piko dan jojo make mantel sebelum turun dan menuju ke masjid
bungurasih.
Setelah shalat dan makan di
terminal, kami menunggu temennya ocha yang akan menjemput kami di bungurasih. Menurut
kabar yang kami terima, mobil yang akan menjemput kami adalah avan*za silver. Kami
yang sudah standby di deket parkiran terminal, masih saja menebak kira-kira
mobil mana yang akan berhenti dan mencari kami. Ada salah satu mobil avan*za
warna silver yang diisi dua mas-mas celingukan seperti mencari seseorang yang
mau dijemput, kita pun menduga mobil itu yang merupakan rombongan ocha. Hampir saja
piko menghampiri, dan ternyata bukan mobil yang itu, karena saat piko menelepon
tidak ada tanda-tanda mas2 yang ada di dalam mobil ngangkat telepon. Selang beberapa
menit ada lagi mobil silver tapi bukan avan*za melainkan saudara kembarnya,
xen*a. Sempet ragu, karena bukan mobil yang dimaksud pada ciri-cirinya. Tapi dari
sosok mas-mas yang juga lagi nyari orang yg mau dijemput plus waktu piko nelpon
mas2nya ngangkat telpon sepertinya memang benar yang itu. Kamipun mendekat dan
bertanya, “temennya yoga?” dan memang benar.
Ternyata baru ada kami saja yang
dijemput, masih ada 4 orang lagi yang akan mengisi bangku kosong dalam mobil. Si
ocha ternyata masih ngetem di Juanda, jadilah setelah dari bungurasih kami
mampir Juanda buat menjemput ocha. Randomnya nggak ketulungan kalo
dipikir-pikir, secara ocha ini tinggalnya di ujung barat pulau jawa, kami di
madiun, temen-temen ocha di sidorajo. Tapi kami sama-sama akan menuju ijen. Sama
seperti saat kelas bunga dulu malah berkumpul di Jakarta, sedang kami sudah
berada pada titik jauh masing-masing. Tapi itulah titik pertemuan yang mungkin
tidak disangka dan malah akan menjadi titik awal dari perjalanan selanjutnya.
Setelah menjemput ocha di Juanda,
kami kembali ke kosnya zainul dan syarif (lupa belum bilang nama mas2 yang
menjemput kami di Bungurasih) di daerah Sidoarjo. Setelah mereka mengambil
beberapa perlengkapan, kami kembali menjemput dua teman lagi yang kosnya masih
berdekatan dengan daerah itu. Dan lengkap sudah Ijen-Ijen bergembira kami
setelah mbahe (saya lupa nama aslinya) dan lingga memenuhi bangku di mobil. Berangkat
sekitar jam 5an sore dari sidoarjo, dengan pak sopirnya si syarif. Hujan masih
mengiringi keberangkatan kami meski tidak sederas waktu kami sampai di
bungurasih. Satu hal yang mungkin saat itu sama di benak kita semua, semoga di
kawasa ijen terang benderang, karena jika hujan deras biasanya akan ditutup
karena cukup berbahaya di jalur pendakian yang agak atas disebabkan jalan yang
licin, sempit dan berbatasan langsung dengan jurang yang cukup curam. (bersambung
lagi)
Comments