Di penghujung hari ini serasa
dapet kado kece saat melihat adek-adek yang masih duduk di bangku SMP ini pada
membuka Al-Qur’an sambil mulutnya komat-kamit menghafalkan ayat yang ada di juz
30. Sementara menunggu temen yang lain dateng saya minta mereka buka lagi surat
yang mau disetorkan hari ini. Tak banyak yang disetorkan memang, kadang malah
muroja’ah atau mengulang hafalan pekan sebelumnya. Tapi melihat anak-anak di
usia SMP yang tinggal di lingkungan beragam ini mau menghafal perlahan dan
membenarkan bacaan Al-Qur’an saja sudah membuat saya merasa dapet kado sangat
manis.
Masih komat-kamit sambil sesekali
membuka Al-Qur’an atau memejamkan mata kadang juga saling membetulkan hafalan
atau bacaan. Meski kadang hebohnya mulai saat masing-masing maju untuk
menyetorkan ayat yang telah berusaha dihafalkan. Ada yang mendorong-dorong pake
kaki dari belakang saat temennya hafalan
di depan, ada yang ngerumpi sendiri di belakang setelah setoran, ada juga yang
jahilin dengan terkikik-kikik dari belakang, dll.
Entahlah kenapa saya baru
tersenyum lebar kemarin, padahal aktivitas ini sudah berlangsung selama
beberapa bulan. Mungkin selama ini ‘kepekaan’ hati saya lagi-lagi tidak
menyala. Mungkin selama ini saya menganggap program ini hanyalah sesuatu
yang harus dijalani tanpa memaknainya lebih. Dan masih mungkin lainnya.
Yang jelas, kemarin mereka
berdelapan sukses membuat saya kembali menyalakan alarm betapa ‘membina’ itu
adalah suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari lingkaran ini. Lingkaran yang
mau tidak mau membuat saya memahami hidup lebih dari sekedar hidup. Lingkaran
yang selalu membuat saya ‘pulang’ meski berkali-kali ingin sekedar kabur atau
mencoba sensasi tanpa identitas.
Comments