Motor-motor
berempetan masih saja terlihat di pos pendaftaran pendakian ini, plus warung
dan tentunya tempat pendaftarannya dong ya. Nampaknya dulu rumah biasa yang
sekarang dimanfaatkan menjadi pos pendaftaran setelah sebelumnya berada di belakang kantor desa. Tapi karena
beberapa pertimbangan, jadi dipindah ke tempat baru yang sekarang ini. E iya,
gunung prau baru resmi dibuka lagi awal april lalu lho setelah ditutup karena
perbaikan jalur dan penanaman pohon. Nah salah satu hal penting yang kelupaan pas
mau ke prau kemaren itu adalah ngecek apakah tu gunung dibuka pendakiannya atau
tidak, saya baru ngecek malah beberapa jam sebelum berangkat dan dapet artikel
kalo awal april baru dibuka. Alhamdulillah kan brarti? Soalnya coba kalo pas
ternyata nggak ngecek dan masih ditutup? Eng ing eng...
pos pendaftaran yang bisa jadi tempat istirahat dulu sebelum mendaki |
Pendaftaran di pos
ini dikenai retribusi 10rb/ orang dan disangoni peta menuju puncak gunung prau.
Setelah administrasi selesai, langsung berangkatlah kita. Entah ini mulai
ngantuk atau gimana, para lelaki yang di depan langsung belok ke kiri padalah
tu penunjuk arah menunjuk ke arah sebaliknya -.-“. Masih nyantei.. sampai
ketemu ‘ondo sewu’ atau dalam bahasa indonesianya ‘tangga seribu’. Meskipun
tangga biasa dan udah cor-coran tapi langsung sukses bikin pemanasan ngos-ngosan
di awal rute.
Ternyata nggak begitu jauh dari ondo sewu kita bisa menemukan Pos 1 ditandai
dengan petugas yang siap mengecek kertas pendaftaran yang didapat dari pos awal
tadi. Setelah pengecekan kita lanjut jalan lagi.
Rizal memimpin
rombongan sepanjang perjalanan, langkah lebar-lebar dengan nafas yang kayaknya
tetap teratur. Di belakangnya ada dek yuni yang juga masih punya semangat muda
#eaaa, lalu saya yang mulai ngos-ngosan, niken yang habis sakit tapi masih kece
aja, piko yang ceria, dan ditutup oleh zainul dan mas firman. Setelah melewati
pos 1 tujuan kita tentu saja pos 2 (canggal walangan) yang kalo digambar
kayaknya pendek bener jaraknya #yaiyalah. Tapi ternyata niken mulai pusing dan mual,
akhirnya kita berhenti di tempat yang mirip gubuk. Pada gelar matras, menjerang
air, dan bikin air madu hangat khusus buat niken meski akhirnya yang minum
siapa aja, hehe.
Setelah niken agak
baikan dengan air hangatnya, kita lanjut naik lagi. Selang beberapa langkah,
niken tiba-tiba berkata, “piko”, refleks kami bertiga yang di depan membalikkan
badan dan ternyata.. eng ing eng.. piko terperosok di sisi kiri yang kayaknya
rada jurang dalem. Alhamdulilllah masih napak suatu tanah dan berpegangan di
bibir jalan, langsung ditarik sama para laki-laki yang ada di belakang untuk
kembali ke jalur yang benar. Yak, karena memang kita mendaki malem jadi yang
harus diperhatikan adalah senter dan tentunya kehati-hatian dalam melangkah.
Meskipun katanya gunung prau adalah ‘gunung wisata’ sebenernya jalurnya cukup
susah juga dan sebelah kiri yang berbatasan langsung sama bawah kadang-kadang
nggak ada pegangannya.
Masih dengan jalur
menanjak dan becek karena sore-malamnya hujan, alhamdulillah waktu jalan
cerah-cerah aja. Sepanjang jalan kita ketemu dengan pendaki lainnya, jadi
jangan lupa sapa-sapa dan nyuwun sewu kalo kita mau mendahului, mengingat
jalannya sempit dan hanya bisa dipake satu jalur. Sampai di pos 2 ternyata kita
tidak menemukan petugas seperti yang ada di pos 1, hanya berupa plang. Saya
lupa waktu kita sempet bingung pilih jalur itu setelah pos 2 atau 3 ya.
Akhirnya kita memutuskan jalur yang lebih banyak tanahnya dan sepertinya sering
dilewatin orang.
Comments