Jari kaki mulai
kram, dada agak sesak, kacamata mulai buram. Tandanya berhenti untuk istirahat
sejenak. Ya, karena jangan dipaksain sampai nafasnya megap-megap juga, bisa
tambah nyusahin orang kan ntar. Akhirnya karena kacamata juga buram kalo dipake
karena udara dingin sepertinya, saya melepas kacamata tentu dengan resiko
penglihatan yang semakin blur karena minus saya nampaknya juga bertambah. Entah sejak kapan niken ada di depan saya,
sejak dia baikan setelah megang air anget apa ya? Padahal beberapa hari sebelum
mendaki ni bocah masih demam dan sempet nggak diizinin orang tuanya buat pergi
eh sekarang tiba-tiba udah ada di depan saya aja ya.
Sepanjang
perjalanan ke pos 3 jalur semakin pelik, beberapa kali saya harus merangkak
biar nggak jatoh. Harus lompat-lompat juga, alhamdulillah punya celana rok yang
ternyata nyaman dipake buat mendaki #aseekkk. Setelah insiden sobek karena
dipake sepedaan, tu rok saya reparasi sendiri sehari sebelum berangkat. Rekom
buat muslimah yang mau mendaki, karena nggak nyrimpet-nyrimpet juga. Kalo pas
di ijen itukan saya pake rok lebar bahan rayon, itu masih rada nyrimpet alias
nyangkut.
Sempet juga sih
terpikir, kok ya akhirnya terjadi juga perjalanan ke Gunung Prau ini. Apa yang
kamu cari, apa yang membuat kami tergerak ke sini, kenapa kamu pergi bersama
orang-orang ini yang sebagian bahkan tidak begitu kamu kenal, dan masih banyak
pertanyaan lain sambil sesekali kesulitan berjalan atau menentukan jalur mana
yang harusnya saya pilih. Sampai akhirnya kita istirahat, sedikit
berkontemplasi dengan diri sendiri dengan kaki gempor, nafas tersengal dan
tentunya rok celana yang udah pada kena tanah. Sementara itu rizal masih dengan
ketenangannya, dek yuni dengan kelaparannya #eh, niken dengan ketangguhannya,
piko yang kali ini terlihat cool saat mendaki #wkwkwk, zainul dengan batere ceria
yang nggak habis2 dan mas firman dengan ke-ngantuk-annya #lho. Ya, saya dengan
berada di tengah mereka yang entah kenapa Allah mengirimkannya di saat ini
untuk pergi bersama mendaki, yang bahkan mungkin mereka tidak se-excited saya
saat begitu menggebu memberikan wacana gunung prau. Tapi lagi-lagi Allah begitu
baik, sangat baik.
Yap, tujuan kita
masih lumayan jauh, harus segera angkat kaki, angkat ransel kembali dan bertemu
dengan jalur yang beragam. Nah, setelah ketemu pos 3 yang ternyata juga hanya
plang bertuliskan Pos 3 Cacingan kami masih harus berjalan menuju sunrise camp.
“Ayo gerakkan kakimu, gerakkan kakimu “ batin saya menyemangati diri sendiri.
Beberapa kali kami saling simpangan dengan rombongan lain, kadang kita yang
mendahului, kadang didahului. Huft..huft.. masih berapa lama dan seberapa jauh
lagi kami mendaki tidak ada yang tau tepatnya, pokoknya jalan aja teruuuuss.
Sampai akhirnya
kita tiba disemacam tangga-tangga, membalikkan badan dan hanya bisa menahan napas
sejenak, masya Allah cakepnya pemandangan... lampu kelap kelip, gunung di
sana-sini yang sebenernya juga hanya terlihat gelap dan.. dan.. sepertinya kita
hampir sampai. Yak, jalan lagi dan lama-kelamaan jalan mulai datar aja, tenda
mulai kelihatan. Yak, kita sampai di sunrise camp! Sekitar jam 4, brarti kita
mendaki sekitar 3 jam dari pos Patak Banteng. Alhamdulillah ^_^
Comments