Kenapa kamu memilih kesini? Salah satu pertanyaan retoris untuk diri
sendiri sambil membaringkan badan di rute pendakian yang cukup terjal dengan
tanah becek (plus batu) sebagai alas lengkap dengan langit berbintang meski
tidak sebanyak yang terlihat di kenawa lalu. Sambil mengatur nafas dan tentunya
melemaskan kaki yang mulai gempor, sesekali pendaki melalui rombongan kami
dengan sapaan khasnya. Menambah pertanyaan lagi, apa yang kamu dan orang-orang
ini cari kesini?
Kisah pendakian terlalu ‘heroik’
bagi saya dulu, kadang membacanya saja membuat saya heran mengapa para pendaki
rela berlelah-lelah bahkan mungkin berdarah-darah untuk mencapai puncak suatu
gunung, bagaimana mereka bertahan dengan
segala kemungkinan yang terjadi dengan resiko maksimalnya. Dan sejuta pemikiran
lain yang sempat membuat saya sangat enggan untuk ikutan mendaki. Tapi ternyata
dunia terus berputar dan salah satu keinginan random saya yang tercapai kemarin
adalah pergi ke gunung prau.
Bermula dari foto instagram kaka
tyas di gunung prau lengkap dengan birunya langit, hangatnya mentari dan
hijaunya rerumputan #halah, percakapan tentang pengalaman pendakian gunung prau
plus jurnal pendakian dari beberapa blog tentang gunung prau nampaknya menjadi
awal mula keinginan random untuk bisa ikutan kesana #ckckck. Dan menjadi
‘kompor’ adalah salah satu cara mencapai keinginan random itu
#sambilketawamiring. Mengecek kemungkinan siapa dan bagaimana saya bisa kesana
menjadi pilihan, hehe. Akhirnya mulailah melempar topik gunung prau ke ikonik
crew –piko dan niken- juga ocha dan teman ocha –sebut saja zainul dan mbah- yang
ditemui di ijen.
Lalala lilili ternyata saya
merasa ‘kayaknya nggak mungkin dilakukan
untuk sementara waktu’ melihat berbagai faktor terutama waktu. Tapi kok
setelah blogwalking lagi, baca-baca tentang pendakian gunung prau nampaknya ‘mungkin dilakukan setelah agenda ke Lombok
usai’ #eaaa. Piko niken yang entah mengapa mauuuu aja kalo saya komporin
siap angkat ransel dan berangkat, ocha dengan beberapa alasan tidak
memungkinkan untuk kembali dikomporin #eh, sedang zainul mbah kayaknya siap
angkat ransel dan berangkat juga, hehe. Pilih-pilih tanggal dan ketemulah 11-12
April (yang diundur menjadi tanggal 18-19 April karena mbah bisanya tanggal
itu), meeting poin madiun dan 8 orang yang
bakalan ikut (rombongan madiun: saya, piko, niken dan rombongan surabaya:
zainul, mbah, sarif, rizal, yuni).
Dibuatlah grup untuk memudahkan
koordinasi buat yang mau ikutan ke Gunung Prau. Singkat cerita, mulailah
dibicarakan persiapan apa saja kira-kira yang dibawa bersama hal teknis
lainnya. Sampai di malam hari tanggal 17 april atau sehari sebelum berangkat
ada kabar kalo sarif dan mbah batal ikut ke gunung prau. Nah lho, sarif ini temennya
ocha yang jadi driver pas di banyuwangi lalu. Artinya hanya tinggal saya, piko
dan niken yang bakalan jadi sopir sepanjang jalan madiun-wonosobo, karena
memang rencananya bawa mobil sendiri daripada naik kendaraan umum. Padahal
niken habis sakit dan kita nggak tega kalo niken harus nyetir juga. Saya udah
males mikir aja itu mah sebenernya, karena kalaupun diundur kayaknya nggak
jamin bakalan bisa juga. Dan jika mentok gak jadi pikiran langsung tertuju pada
pindah tempat escape ke jogja sendirian meski mungkin hanya berakhir dengan wisata
kuliner, hehe.
Comments