dan ketika perlahan kabut mulai menyingkap.. :D |
Setelah beberapa saat dan diperkirakan udah subuh, kita sholat subuh dah. Dan setelah kami sholat subuh ternyata ada juga rombongan subuh jama’ah dengan bacaan imamnya yang merdu. Baik, setelah sholat subuh al-ma’tsurat an sejenak sambil menunggu sunrise yang sepertinya akan pas di depan kami.
Kabut tebal ternyata belum menyingkap dari hadapan kami, sunrise sepertinya akan tertutup kabut. Perlahan orang-orang mulai berkerumun di tanah lapang yang emang khusus buat liat sunrise karena tenda dilarang didirikan di daerah ini. Ternyata sunrise perlahan nampak di balik kabut dan awan, meski tipis namun kita masih bisa melihatnya. Tak lama, sunrise semakin naik, bukit teletubis di depan kami mulai nampak juga lengkap dengan kabut yang ada di sekelilingnya. Lagi-lagi hanya bisa menarik nafas, lega, tersenyum dengan segala yang ada di depan mata. Masya Allah...
Mungkin kalo zaman
belum ada kamera orang-orang ini hanya akan terdiam, menatap lekat-lekat tiap
detik perubahan sunrise ataupun lekukan bukit juga selimut awan yang perlahan
meninggalkan bayangan gunung sindoro dan sumbing. Ah termasuk saya yang sibuk
moto pake kamera hp yang yaa seperti itulah hasilnya. Hehe.
Habis poto sono poto sini, mulai terlihatlah tenda-tenda yang tidak berjajar lagi ini sih namanya, mm... tenda berkerumun, terutama di daerah sunrise camp paling banyak. Yang lain tersebar di beberapa bukit yang memang cukup luas di sekitar lahan sunrise camp. Dan acara memasak akhirnya terjadi juga. Kali ini saya nggak ikut andil, sedang enggan makan mi #eh. Dan mulailah zainul mengeluarkan peralatan masak, menyiapkan kompor, dan memasak mi bersama niken dan yang lainnya. Sementara saya makan roti sambil memunggungi para pemasak ini sambil sesekali motret -dan dipotret- hasil masakannya. Hehe
Habis poto sono poto sini, mulai terlihatlah tenda-tenda yang tidak berjajar lagi ini sih namanya, mm... tenda berkerumun, terutama di daerah sunrise camp paling banyak. Yang lain tersebar di beberapa bukit yang memang cukup luas di sekitar lahan sunrise camp. Dan acara memasak akhirnya terjadi juga. Kali ini saya nggak ikut andil, sedang enggan makan mi #eh. Dan mulailah zainul mengeluarkan peralatan masak, menyiapkan kompor, dan memasak mi bersama niken dan yang lainnya. Sementara saya makan roti sambil memunggungi para pemasak ini sambil sesekali motret -dan dipotret- hasil masakannya. Hehe
Acara makan juga
nggak kalah ‘unik’, karena nggak bawa sendok, jadilah pada bingung ngambil
mi-nya pake apa. Tapi rasa lapar sepertinya mengalahkan rasa bingung ngambil mi
pake apa, pada berlomba kreativitas deh mereka. Rizal bikin sumpit dari batang
tumbuhan yang ada di lokasi sunrise camp, niken nyari botol air mineral kosong
buat dibikin sendok dadakan, ada yang pake peralatan set yang sebenernya dan
lain-lain pokoknya makan. Setelah itu karena kita juga masih mau jalan-jalan di
sekitar dieng, akhirnya nggak berlama-lama dan memutuskan untuk segera turun
dengan jalur yang berbeda dari keberangkatan via patak banteng.
Comments