penampakan batu payung |
Seminggu lagi pergi2 lagi woi, cepat selesaikan edisi lombokmu dan
segera jentikkan jemari lagi untuk kisah berikutnya #nahlo
Sampai mana kita? Batu Payung,
yak ini tempat nggak masuk list trip sebenernya. Tapi karena diliat masih ada
slot waktu dan kabar punya kabar tempat ini juga kece jadilah kami merampungkan
hari dengan kembali menyesuri laut dengan masih ditemani tebing yang masih saja
punya daya magnet untuk dipandang.
Yap, kita kali ini ditemani
Anton, bocah lelaki kurus yang mungkin masih seusia sekolah dasar tapi sudah
lebih gampang kenal orang daripada adek-adek kecil di Sumbawa. Mungkin karena
wisatawan lebih rame kali ya. Bak pelaut ulung si anton nangkring di ujung
kapal sambil mengarahkan bapak-bapak pengemudi perahu yang mungkin saja ayah atau
kerabatnya. Ketika perahu mulai menepi, barulah kita bisa melihat dari kejauhan
sebenernya apa batu payung itu.
Disambut karang-karang licin dan
rumput laut merumbai , kami berjingkat dan memilih jalan yang benar biar nggak
kepeleset. Tentu masih dibarengi si Anton yang kini memimpin rombangan. Dasar
eh dasar om dan tante ini pada hobi jeprat jepret jadilah nggak nyampe-nyampe
ke tempat tujuan. Tapi memang sih tempat ini salah satu yang paling berkesan
menurut saya. Terletak di Lombok Tengah bagian Selatan membuatnya memiliki
ombak yang cukup besar, mungkin ombak itu yang mengikis sedikit demi sedikit
tebing yang berubang menjadi ‘batu yang memayungi orang di bawahnya’ *teori
ngawur saya, jadilah namanya batu payung.
gaya cicak-cicak di dinding :P tebingnya cakep2 |
Yang lucu juga ni karena
memanfaatkan momen nggak ada pedagang, ada temen Anton yang jualan kelapa muda
di sana. Siapa yang nggak pengen coba, setelah jalan yang lumayan bikin
keringetan plus matahari yang lagi cantik-cantiknya di atas kepala meski waktu
itu beberapa jam menjelang senja. Jadilah rombongan banana potatona ini minum
kelapa muda sambil berlindung di ‘batu payung’.
kelapa muda di tengah dahaga #huhu |
Setelah puas pota poto, makan
kelapa muda, memandang ombak laut selatan yang terkenal gede, kami capcus ke
tujuan selanjutnya. Mendaki bukit! Sebenernya kita mau ke bukit yang jarak
tempuh mendakinya lumayan tapi karena udah pada capek nyemplung di laut
sepagi-siang akhirnya dipindahkan ke bukit yang paling sekitar 5 menit buat
naiknya. Hehe. Kawasan Bukit Mandalilka, karena emang banyak bukit yang bisa
didaki dengan view yang berbeda-beda. Jaraknya kalo dari tanjung aan tadi
sekitar 10-15 menit naik mobil. Nah di daerah ini yang keliatan banyak bule
paklenya.
Kegiatan di bukit mandalika?
Ngapain lagi kalo nggak nunggu sunset, sambil ngobrol ngalor ngidul dengan tema
masing-masing. Saya ama supri ngobrolin tentang pendakian, karena kapan lagi
wawancara supri yang sudah mendaki sono-sini #cieeee. Dan kedepan akan saya
todong supri untuk mengajak saya mendaki *catat baik-baik. Meskipun matahari
tenggelamnya rada ketutupan sama bukit yang ada di depannya, tapi alhamdulillah
ya bisa menutup hari ini dengan cukup ‘manis’.
sunset di mandalika |
Dan perjalanan seharian ini dimana kita menanti matahari terbit di dalam
elf bersama saat perjalanan ke Tanjung Lor, diakhiri bersama juga di
mandalika dengan tenggelamnya matahari.
*ya, saya masih merasakan euforia itu,
huhu
Comments