Berubah adalah kosa kata kehidupan. Tetapi memahami
dengan salah pada aspek apa kita harus berubah, bisa jadi justru menjadikan
jalan kita tidak terarah. Menjadi bermanfaat adalah cita-cita fungsional tujuan
kita. Perubahan adalah gabungan dari dua kepastian, kepastian tetap terarah ke
jalan cita-cita itu dan kepastian ada penambahan dari waktu ke waktu ke arah
itu. Selebihnya soal irama, selebihnya hanya soal tempo yang bisa kita ubah dan
kita sesuaikan karena tuntutan lingkungan atau perubahan situasi. Maka dari
sini menjadi mengertilah kita, betapa momentum hanya sebuah unsur kecil dari
peta kosa kata perubahan diri yang seharusnya kita pahami.
(Tarbawi-Apakah
untuk Berubah Selalu Perlu Momentum?)
Bukan tanpa alasan
tiba-tiba saya menuliskan tentang salah satu kosa kata kehidupan, berubah.
Setelah percakapan saya dengan salah satu sahabat tentang perubahan yang
terjadi, bahwa semua orang memang berhak berubah, apalagi seiring waktu yang bisa
saja menggerus segala hal lama dan menggantinya dengan hal baru. Jadi tak
mengherankan bukan ketika kita menjumpai hal yang berbeda pada pertemuan yang
entah telah berapa tahun lampau kita kenali.
Berubah juga
nampaknya menjadi bukti bahwa manusia adalah makhluk yang dinamis, bukan hanya dari
segi fisik tapi juga perubahan pola pikir, perubahan akhlak, perubahan apa saja
yang menunjukkan kita bertumbuh. Dan untuk berubah, mungkin kadang orang
memerlukan momentum atau bahkan tidak sama sekali hingga momentum sebenarnya
adalah hanya tentang waktu yang memang sudah ada. Tentang saat yang sebenarnya
sudah dilalui seperti biasanya. Tentang saat yang mungkin dinyatakan dengan penegasan.
Bukan titik tekan, bukan fokus utama dalam diri momentum.
Berubah, sayapun
juga mengalaminya. Saat seperti rasanya dunia jungkir balik terkadang masih
terpampang dalam ingatan. Tapi bukankah memang berubah disertai kemampuan
menangkap hikmah juga menjadi salah satu fitrah dariNya?
“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki.
Siapa yang diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi banyak kebaikan. Dan
tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai
akal sehat.” (QS Al-Baqarah: 269)
Pada akhirnya
berubah terkadang memang tidak memerlukan momentum khusus, karena momentum
mungkin ada untuk menyertai perubahan itu sendiri. Sehingga tak perlulah
terlalu sibuk menanyakan momentum apa yang membuat seorang makhlukNya itu
berubah. Karena juga Dialah yang berhak membolak-balikkan hati hambaNya tanpa
setitikpun mungkin kita mengetahui. Hingga waktu yang cukup dan rahasia
langitNya diberikan pada kita. Hingga saat berubah bukan lagi menjadi banyak
pertanyaan atau prasangka. Hingga Dia mempertemukan dalam sebuah perubahan lain
yang semoga bisa menjadi tiket kami menuju surgaNya.
Comments