Ya Rabb, aku sedang memikirkan posisiku kelak di akhirat membangkitkan
aku berdampingan dengan penghulu para wanita Khadijah Al Kubro yang berjuang
dengan harta dan jiwanya? Atau dengan Hafsah bt Abi Bakr yang dibela oleh Allah
saat akan dicerai karena Showwamah dan Qowwamahnya? Atau dengan Aisyah yang
telah hafal 3500an hadits, sedang aku... ehm 500 juga belum... atau dengan Ummu
Sulaim yang Shobiroh atau dengan Asma yang mengurus kendaraan suaminya dan
mencela putranya saat istirahat dari jihad...atau dengan siapa ya? Ya Allah,
tolong beri kekuatan untuk mengejar amaliah mereka..sehingga aku laik bertemu
mereka bahkan bisa berbincang dengan mereka di taman firdaus-Mu. (Kenangan SMS
Ustazah Yoyoh, kepada seorang akhwat 2 hari sebelum wafatnya beliau)
Kembali membaca salah satu buku
dari dua buku yang dijadikan sepaket, buku tentang Alm. Ustadzah Yoyoh Yusro.
Sosok perempuan yang menginspirasi bagi kami semua. Alhamdulillah Allah
mengizinkan saya bertemu dengan beliau saat awal-awal mengenal dakwah ini, di
salah satu acara keputrian LDK. Ah, andai saat itu saya lebih mengenal beliau,
mungkin saya akan meminta waktu khusus untuk berbincang. Setelah agenda
tersebut, nama beliau juga masih sering disebut-sebut dalam lingkungan kami.
Terutama tentang keteladanan beliau dalam hal kemantapan ruhiyah sehingga
segala aktifitas yang nampaknya sangat berat menjadi bisa teratasi dengan baik.
Beliau adalah ibu dari 13 anak,
anggota DPR RI fraksi PKS, hafidzah dan mengantarkan ketiga belas putra
putrinya menjadi hafidz pula, dalam sehari bisa muroja’ah beberapa juz, senyum
yang selalu terlihat meneduhkan bagi yang melihat dan masih banyak lagi. Yang
saya baca lagi adalah Langkah Cinta untuk Keluarga yang mengisahkan pribadi
beliau, kehidupan mengelola keluarga sampai akhir hayatnya. Kalau buku yang
satunya berjudul Langkah Cinta untuk Indonesia yang mengisahkan tentang
perjuangan dan karya beliau saat menjabat sebagai anggota DPR RI.
Saya sudah membaca buku ini untuk
kesekian kalinya mungkin, karena memang teladan yang diberikan beliau sungguh
luar biasa dan selalu bisa menginspirasi untuk berbuat lebih baik lagi. Tapi
kali ini sedikit berbeda, rasanya kehilangan sekali sosok setangguh beliau di
kondisi yang seperti ini sungguh sangat disayangkan, tapi Allah lah yang berkehendak.
Kemudian sambil membandingkan diri yang masih saja kebanyakan ‘nganggurnya’
daripada bergerak kesana kemari seperti beliau, membandingkan kesabaran beliau
yang selalu terpancar dari setiap cerita orang-orang terdekat dalam menghadapi
hidup, membandingkan keinginan kuat beliau untuk menjadi hafidzah dan mendidik
putra putrinya untuk menjadi penghafal al qur’an juga, membandingkan kehidupan
rumah tangga beliau yang sarat dilandasi oleh dakwah dan kepentingan umat dan
berjuta hal lain. Membuat saya semakin terdiam dan merasa tertampar berkali-kali.
Jazakumullah khayran katsir
ustadzah atas inspirasi yang diberikan, semangat yang ditularkan dan
keteladanan yang tak lekang oleh waktu. Semoga kelak saya diizinkan berbincang
dengan Ustadzah di jannahNya juga bersama shohabiyah yang Ustadzah sebutkan di
atas. Aamiin
Comments