Qauwwamuna dan Ash-Sholihatu Qonitatun

Siang yang tak biasa, bersama plakat-plakat ce.ri.ta di depan mata, mug-mug yang sudah tertata rapi dan niken yang lagi makan. hehe. Ceritanya libur 17an, siangnya nyari sinyal ke ce.ri.ta (baca: nebeng wi fi). Dulu aja begitu sering main ke sini pas kerjaan belum tetap, eh sekarang udah jarang-jarang bisa mampir di sini. Sekalinya kesini hari ini si piko belum balik dari Bandung, dah anak gaul bet. 

Bukan-bukan, ini bukan untuk meracau siang. Tapi mau menulis sesuatu setelah lamanyo blog ini jarang update karena si empunya lagi rajin-rajinnya nulis di diary :P yang dikasih ama piko niken tempo lalu. Tapi tenang, dirimu tidak akan kulupakan blogku sayang #eluseluslayar. 

Kali ini mau share tentang salah satu bagian di buku Kedudukan Perempuan dalam Islam yang ditulis oleh Hamka. Kenapa bisa beli buku ini? karena si ummu jualan buku ini, dan saya pengen -seperti biasa saat bertemu buku baru yang selalu terlihat menggiurkan-, singkat cerita saya beli juga akhirnya dari Ummu. Buku ini buku cetakan lama hampir 20 tahun lalu, karena tertulis tahun 1996. Tapi tentu isinya masih selalu relevan ya sampai kapanpun. Buku ini termasuk buku yang nggak berat banget buat dibaca, isinya juga mudah dipahami. Nah, saya mau share salah satu bagian aja nih ceritanya karena nampaknya bagian ini begitu berputar-putar dalam kepala beberapa waktu belakangan ini. :)

Bagian Pimpinlah Mereka I, begitu Hamka menuliskan judul bagiannya. Dibuka dengan QS An-Nisa:34:



“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS An-Nisa:34)
"Qauwwamuna berarti memimpin supaya tegak. Membimbing supaya dapat berjalan, memapah supaya jangan jatuh! Atau menarik naik kalau sudah tergelincir jatuh. Tegak ke muka kalau bahaya datang mengancam. Mengajar kalau ilmunya masih kurang. Membujuk kalau dia dalam kesedihan. Di samping itu mencukupkan apa keperluannya; kainnya, bajunya, perhiasannya, yang "sepanjang tubuh, sepanjang bayang-bayang. Itulah tugas laki-laki untuk membela perempuan. Artinya menurut kekuatan dan kesanggupan si laki-laki. Masukkan rasa kegembiraan dalam hatinya, hadapkan muka yang jernih dan laku perangai yang membuktikan bahwa engkau seorang yang mengenal sopan santun."
Jelas Hamka dalam bukunya tersebut memaknai Qauwwamuna, begitupun peran perempuan yang dalam ayat ini disebutkan sebagai Ash-Sholihatu Qonitatun. 
"Lanjutan ayat menyatakan siapa perempuan yang dianggap baik oleh Allah. Atau perempuan yang saleh! Ialah perempuan taat, yang tahu diri, yang tahu sampai di batas mana dia harus berjalan. Yaitu perempuan yang memelihara hal-hal yang tersembunyi. laksana susunan organisasi. Suami adalah Presiden dalam satu rumah-tangga, sedang istri ialah sekretaris. Pokok kata ialah secret artinya memegang rahasia rumah tangga. Sehingga buruk baik keadaan dalam rumah tangga tidak dibeberkannya keluar. Rahasia kelemahan suaminya hanya dia yang menyimpan. Bergulung pun gelombang dalam rumah, namun keluar tidak kedengaran."
Masing-masing telah memiliki peran masing-masing bukan? yang satunya memimpin, yang satunya dipimpin. Teringat juga salah satu penjelasan Ust cahyadi takaryawan dalam keakhwatan 3 bahwa dalam sebuah pernikahan suami memiliki tanggung jawab yang besar karena di pundaknyalah tanggung jawab kepemimpinan atas istri dan anak-anaknya diletakkan. Begitu pula bagi seorang istri, meletakkan kepercayaan kepada seseorang yang bernama suami yang sebelumnya bukan siapa-siapa menjadi orang yang ditaati, dipatuhi selama apa yang diperintahkannya dalam syariat Islam. 

Semoga selalu bisa belajar dari rumah tangga terbaik, rumah tangga Rasulullah SAW dan juga para sahabat serta orang-orang sholeh/ sholeha dalam tiap zamannya. Sambil terus bersabar hingga kelak kami bisa menjalaninya dengan sebaik-baiknya. :)






Comments