Ketika Keretaku Tlah Datang Lagi..

Di hari raya kurban ini, sedang jaga rumah sementara bapak ibu di masjid karena sedang berlangsung pemotongan besar-besaran. Aku sendiri setiap tahun memilih untuk tidak ikut, karena ngeri sendiri lihat darah.... Ditemani Ipin Upin dan nyam-nyam.

Berbeda dengan hari raya kurban tahun lalu, kali ini kepulangan sudah terencana. Meskipun kemarin sebelum berangkat Surabaya diguyur hujan, akhirnya tetap nyampe gubeng, alhamdulillah tanpa halangan. Mengingat kemarin, festival kembang api yang sempat berhenti sejenak, mulai menyala lagi ketika kaki ini sudah menjejakkan di halaman depan stasiun gubeng. Dan saat sudah ada di dalam stasiun, tiba-tiba saja ada yang menimpuk kepalaku sama kertas, ternyata oh ternyata sekdiv geje..(gak penting disebutkan namanya. Piss!!).

Saat itu pula, kereta sancaka tercinta melintas di depan kami(pulang bareng 3 makhluk yang berdomisili di madiun). Dan kamipun memulai perjalanan.... karena lelah dan suasana yang mendukung ^_^, mata tak tahan lagi untuk mengatup, badan saatnya diistirahatkan. Ya...aku tertidur sampai beberapa lama. Dan aku dibangunkan oleh awan hitam bergulung mirip kubah raksasa yang memayungi bumi Allah yang luas ini. Ya, aku melihat keagungan ciptaaanNya. Subhanallah....

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(Ar-Rahman 55)

Alhamdulillah diberi kemampuan untuk melihat lukisan Sang Mahaagung, lukisan alam nyata yang tak tertandingi oleh segala lukisan. Awan yang terlihat batas hitam dan cerahnya, ditambah dengan sawah yang membentang sebagai komponen yang saling melengkapi guratan keindahan. Meski hanya bisa melihatnya di balik kaca kereta yang sedang berjalan, tapi hal tersebut merupakan nikmat yang membuat kita akan selalu menyadari betapa Allah Mahasegalanya, bahwa Allah telah memberikan kita segala keindahan yang mungkin tidak dapat kita lihat dengan sudut perspektif yang berbeda, keindahan yang tak sekedar fatamorgana.

“...Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri...”(Luqman 31)

Dan karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka tersebut, maka dengan sedikit panik, aku langsung meminjam kamera hp temen. “ Mumpung jiwa fotografiku muncul ini” kataku. “Weits..guayamu mon”temen di depanku tiba-tiba nyaut.”Padahal aslinya kena sindrom katrok bin alay”klarifikasiku.hoho

Inilah enaknya naik kereta, selain nyampenya lebih deket daripada naik bis, tempatnya nyaman, stasiunnya deket( jadi promosi kereta), ditambah INKAnya di Madiun!! Dilengkapi suguhan lukisan berjalan yang tak henti-hentinya membuat yang memandangnya terus menyadari bahwa bumi Allah ini begitu kaya dengan segala hal yang disediakan untuk hambaNya.[imm-271109]

*PS
Ditulis dengan perasaan musim semi yang hangat.

Comments