Psikologi Anak

Kemarin pagi, dibuka dengan niat ingin berdiskusi dengan seorang psikolog, akhirnya kami(entah sebutan apa yang pantas bagi kami)menuju YDSF untuk menemui ibu Arofah-psikolog-. Saat sampai di YDSF dan bertemu dengan ibu Arofah, diskusipun segera dimulai. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang akhirnya muncul sebagai bahan pertimbangan bagaimana kami harus berlaku pada adik-adik kami di Putat. Pertanyaan yang pertama muncul adalah, bagaimana kita mengatasi kecemburuan antara dua kubu yang terbentuk di taman baca “Kawan Kami”. Dua kubu yang dimaksud di sini adalah kubu adik2 yang sudah lama ikut belajar bersama di taman baca sedang yang satunya lagi kubu adik2 yang masih baru ikt belajar di taman baca. Ibu Arofah memberi solusi mengenai hal ini. Menurut beliau hal ini dapat di atasi dengan mengadakan game sebelum acara belajar dimulai. Outline yang diberikan bu arofah kira-kira seperti di bawah ini:

- Dibentuk 2 kelompok, dimana adik2 dari dua kubu tersebut dijadikan satu
- Cari game yang bisa membuat mereka bekerja sama dan berdiskusi untuk menyelesaikan sebuah permasalahan
- Setiap kelompok yang memenangkan game harus diberi hadiah
- Setelah pertemuan ke tiga(atau pertemuan ganjil lainnya), bubarkan kelompok lalu bikin kelompok baru. Dan game barupun dimulai dengan kelompok baru.

Untuk mengukur keberhasilan sistem ini adalah apakah mereka sudah bersatu?tidak terbentuk 2 kubu yang saling bertentangan.

Selanjutnya adalah ketergantungan pada satu/beberapa pembina. Solusinya adalah adanya shift2 untuk pembina/pengajar yang adatang ke taman baca. Namun, jangan sampai membuat pola, karena anak kecilpun bisa membuat pola. Jika mereka tau pola pengajar siapa yang datang minggu ini, siapa yang datang minggu berikutnya, bisa2 mereka hanya datang saat pengajar yang disukai datang. Jadi, bikin shift yang tidak berpola.

Apabila dalam satu pertemuan, ada adik yang mulai tergantung dengan satu pengajar, maka pengajar tersebut harus mengalihkan ke pengajar yang lain. Atau pangajar lain tanggap, dan segera mengambil alih peran. Bu arofah menambahkan, bahwa kita sebagai pengajar tidak boleh melibatkan emosi dalam mengajar. Karena hal tersebut bisa menjadi boomerang bagi diri kita sendiri.

Bu arofah memberi masukan agar dibuatkan kartu kendali bagi adik2nya. Supaya kita tahu perkembangan yang terjadi pada dirinya. Selain itu, juga dibuat materi yang jelas tiap mingunya. Hal tersebut dianggap dapat memudahkan pengajar dan menjadikan adik2nya dapat fokus dan mempersiapkan materi sebelum pertemuan.

Muncul pertanyaan tentang seorang anak yang saat datang belajar mengenakan jilbab, tetapi teman-teman yang lainnya malah mengejeknya. Lalu bagaimana yang harus kita lakukan?
Bu arofah memisalkan dengan pembagian persentase. Ada 20% yang sudah yakin dengan penggunaan jilbab, 60% ragu dengan penggunaan jilbab, dan 20% menolak dengan penggunaan jilbab. Manakah yang harus dikuatkan lebih dulu? Jawaban kami cukup beragam. Saya sendiri menjawab yang 20% yang sudah yakin dengan penggunaan jilbab, dengan alasan, jika sudah dikuatkan yang sudah yakin dengan penggunaan jilbab, maka dia bisa mempengaruhi yang lain. Dan jawaban bu arofah adalah yang 20% sudah yakin dengan penggunaan jilbab. Karena dengan menguatkannya, maka kita dapat mempengaruhi yang 60% masih ragu-ragu, karena orang yang ragu2 akan cenderung ikut2an dengan kondisi lingkungannya.

Sebenarnya banyak hal yang sudah kami diskusikan di sana, namun karena keterbatasan saya. Maka kali ini saya hanya mampu menuliskannya sampai di sini dulu. Semoga dapat menjadi referensi. Semoga bermanfaat.[imm-091109]



Comments

Anonymous said…
Wew, lagi iseng-iseng blogwalking, eh nemu blog ini. Maksudnya "adik" disitu apa (atau siapa) ya? Taman baca apaan?
Immash said…
dengan siapa ini?
Anonymous said…
Glek, comment ini terposting toh? Kirain gak terposting gara2 word verificationnya salah mulu..

Ini Ulin.. :)
Anonymous said…
Hoo.. Baru nyadar, ternyata commentnya harus diapprove sama moderator dulu. Kirain bisa otomatis *kampungan mode: on* :p
Immash said…
adik itu, ya adik2 yang ada di taman baca

taman baca itu tempat berkumpulnya adik2 pas hari ahad buat belajar bersama. letak taman baca ini di tempat yang sedikit melegenda, yaitu di kampus D
Anonymous said…
Hah? *garuk-garuk kepala*
emg itu dalam rangka apa? Atau komunitas tertentu?
Kirain tadi taman baca kaya tempat peminjaman buku gitu :D
Immash said…
dalam rangka belajar bersama..hoho
iya, banyak buku2 anak sd di situ. di artikel "ritual bonceng" udah ada sedikit overview ttg taman baca.
Anonymous said…
Oooh... Aq baru mudeng skrg maksud artikelmu yg itu. Lha setting ma tokohnya implisit semua. :D
Keren sekali kau, bisa ngajar d tmpt ky gt..

(doh) buku SD ya? Kirain buku fiksi, hehe..

Mampir ke blogku dnk, Mash. *promosi gara2 blognya sepi :p*
Immash said…
adek2 itu yang keren..

apa alamat blognya?
Anonymous said…
Itu usernameku kalo di-klik bakal nge-link ke blogku.. Atau langsung ke direct linknya http://ulinnuha.uni.cc :)