Hangat dan Manis

Sepiring batagor dan segelas teh hangat tepat berada di sisi kanan dan kiriku. Teh hangat mengingatkan perjumpaanku dengan salah satu wanita hebat tadi sore. Hangat dan manis.

Sekitar pukul 15.40, handphoneku berdering dan tak sengaja ku reject. Ternyata, telepon dari wanita hebat yang kutemui sore ini. Dan akupun menelpon balik, ternyata beliau sudah menunggu di depan sakinah, tempat yang kami janjikan sebelumnya. langsung saja, aku menyahut jaket dan stnk motor untuk segera menjemput beliau.

Dalam perjalanan ke sakinah, aku sempat berpikir, “Orangnya yang mana ya?”. Sebenarnya, kami pernah bertemu, sekali, itupun satu tahun yang lalu. Saat di sebuah seminar muslimah, aku sudah lupa dengan wajah beliau. “Dicari dululah...”batinku, mencoba menahan rasa kekhawatiran tidak bisa menemukan beliau.

Sampai di ujung jalan menuju sakinah, sambil celingukan kanan kiri, kulihat seorang wanita tengah duduk di motornya, sambil membaca buku. Tanpa pikir panjang kuputar balik menuju arah beliau. Dan benar saja, dengan suara yang ramah, beliau langsung menyapaku,”Immash ya..?”. Dan akupun langsung merasa hangat dengan perjumpaan kedua kali ini.

Akhirnya, dengan menggunakan motor masing-masing, kami melaju ke masjid manarul ilmi. Tempat di mana beliau akan menjadi pembicara upgrading media yang terakhir di kepengurusan ini. Sambil menunggu acara dimulai, kamipun melakukan obrolan seputar media. Beliau memberikan mini magazine dan profil FLP. Ada sebuah program yang membuat peserta tertarik, yaitu sekolah pena. Sekolah untuk yang ingin belajar tentang kepenulisan, singkat kata seperti itu. dan sekolah pena inilah yang menjadi saah satu mimpiku untuk bisa berdakwah lewat media. Terutama di dalam kampus.

Saat materi dimulai, beliau menyampaikan dengan interaktif dan mudah dimengerti oleh peserta. sehingga saat sesi tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan yang muncul lebih kepada pengaplikasian dalam zine yang sedang kami rintis. Membuat peserta tidak canggung dalam bertanya tentang hal yang ingin ditanyakan. Hangat dan manis.

Sampai akhirnya, adzan maghrib berkumandang, dan pertemuan dengan beliau harus ditutup. Karena berjanji untuk mengantarkan beliau sampai sakinah, maka obrolan kamipun berlanjut saat menuju tempat parkir. Intinya, aku menyampaikan keinginanku untuk merintis sebuah sekolah media untuk kader dakwah. Dan beliau merespon dengan baik, saat kuberitahukan niat untuk mengundang beliau menjadi pembicara di sekolah media tersebut, beliau menanggapi denga antusias. Subhanallah...hangat dan manis.

Siapakah beliau? Beliau adalah seorang ibu rumah tangga biasa 8 tahun yang lalu, namun sekarang beliau adalah seorang penulis novel yang karyanya sudah banyak beredar di toko buku. Penulis The Road To The Empire, Reinkarnasi, kumpulan cerpen, dll. hangat dan manis. Beliau adalah Sinta Yudisia. Jazakillah ukhti, semoga ilmunya bermanfaat. Kapan-kapan main lagi ya!! Atau kita yang mengunjungi rumah anti??? Tunggu sajalah..

Semoga media muslim berkembang dan bersaing dengan media lainnya. Amin....

“Saat kita mau mengubah hitam menjadi putih, pasti ada area abu-abu di antaranya”, kata-kata beliau yang,membuatku merenung sejenak. Semua membutuhkan proses, poin itu yang kudapatkan. Sekali lagi jazakillah khoir ukhti....

[imm-08052010]


Comments