Muqim I (Part 1)


Tour Guide Spesial
Beberapa saat setelah sampai di Ponpes Darussalam, saya dan beberapa akhwat melakukan survei untuk outbond keesokan paginya. Berdasarkan insting, akhirnya kita bertemu dengan tour guide yang menemani kita selama dua hari (saat survei dan outbond). Kita pertama kali bertemu di pos kamling dengan label salah satu partai politik. Di sanalah kami bertanya tentang tempat yang kira-kira bisa dijadikan rute outbond. Tour guide spesial (TGS)kami adalah Sri, Rigo, Wahyu, Rijal, Risna, Ismi, Mila, Ajis, dkk. Anak-anak yang kebetulan tinggal di desa tersebut. Naluri kekanakanku (bukan keibuan ) membuat perkenalan awal kami di depan pos kamling. Setelah melakukan interview tentang lokasi serta rute yang akan direncanakan untuk outbond, saatnya menyusuri tempat yang dimaksud tour guide spesial kami.

Lokasi 1: Bukit

Setelah berunding akhirnya kita memilih naik ke bukit dulu baru turun ke arah sungai. Jalanan di awal lumayan mudah dilalui, masih jelas jalan setapaknya. Semakin ke atas, jalan semakin membuat nafas tersengal-sengal. Awalnya kita tidak berencana untuk sampai ke ketinggian tersebut, tapi karena penasaran dengan puncaknya, kami berusaha untuk mencapainya. Sampai di satu ketinggian, kita memutuskan untuk berhenti. Karena waktu yang terus berjalan dan kita masih harus mencari rute alternatif. Subahanllah, baru kali ini melihat pemandangan dari atas yang harus ditempuh dengan jalan kaki. Indah sekali, karena kita ada di bukit dan tidak ada orang, saatnya untuk ekspresif. Teriakan “AllahuAkbar” dan ucapan “Subhanallah” tak hentinya mengalir sebagai wujud syukur dan kekaguman pada Sang Mahaagung. Tour guide yang ternyata mengikuti kita naik ke bukit menawarkan rute alternatif, sungai.

Lokasi 2: Sungai

“Sungainya di bawah sana kak!” ujar salah satu dari mereka. Dengan langkah mantap kami mulai menyusuri jalan, ditemani TGS tentunya. Beberapa menit setelah menyusuri jalan, mulai muncul komentar-komentar, “ni sungainya dimana dek?”, “jauh juga ya?”, dll. karena ternyata tak sedekat yang kita bayangkan. Perjalanan hampir sama saat kita turun bukit tetapi jalanan sudah lebih baik. sambil berusaha mengatur nafas, kamipun mewawancarai mereka. Kita (K) : udah sering main ke sungai? TGS : iya kak K : nggak dimarahi orang tua? (karena menurut kami jalanannya sepi dan cukup mengkhawatirkan) TGS : enggak kak, kalo airnya mati kita mandinya di sungai K : oooooo..... Sesampainya di sungai kita agak bingung juga, dalam hati berkata, “ini sungainya dek?”. Karena sungai yang dimaksud tidak sebesar yang kami bayangkan seperti sungai di desa. Lebarnya tak sampai 2 meter, airnya tak begitu deras, tapi batunya gede-gede. Setelah menginspeksi sesaat, kami memutuskan untuk kembali ke atas. Saat sampai di atas, kami belum bisa memutuskan rute mana yang kami gunakan. Bukit atau sungai.

Outbond

Karena ikhwan naik ke bukit, kita memutuskan untuk turun ke sungai. Karena kebagian di pos akhir, saya dan mba ziza menuju sungai. Saat menunggu peserta yang akan melewati beberapa pos sebelum ke pos akhir, ada teriakan-teriakan yang ternyata tour guide kami hari sebelumnya. akhirnya kami menunggu bersama di sungai. Ketika ngobrol dengan mereka, terasa sekali perbedaan mereka dengan beberapa anak yang pernah saya temui di surabaya, baik yang ada di kawasan ITS maupun kawasan lain. Anak-anak di sini bermain dengan alam. Saat kutanya soal internet, facebook, komputer, mereka belum begitu antusias. Pun ketika kutanya soal account facebook yang biasanya lumrah dimiliki anak-anak yang kukenal di Surabaya, mereka tak memilikinya. Yang sangat mengejutkan ketika seorang anak mengaku pernah bertemu harimau dan lokasinya tak jauh dari tempat kita menunggu peserta tersebut. antara percaya dan tak percaya aku mendengar ceritanya. Dan merencanakan beberapa pelarian untuk menghindari kejaran harimau, apalagi saat itu aku hanya ditemani beberapa anak kecil, yang berati mereka tanggung jawabku. Sempat berpikir yang aneh-aneh soal harimau dan binatang lainnya, seperti ular. Adek-adek putra dengan semangat berkata pernah bertemu ular juga. Jadi merasa salah tempat. Tapi kekhawatiran itu hilang ketika kulihat mereka berusaha membuat bendungan, berburu “cuyu”, bermain air. Anak-anak yang masih belum begitu mengenal teknologi dan pergaulan kota. Saat kutanya cita-cita, hampir semua anak menjawab ingin menjadi guru. Entah apa dan siapa yang menginspirasi mereka. Dan ketika ditanya ingiin menjadi guru apa, mereka menjawab ingin menjadi guru matematika. Akhwat lain yang kebetulan sudah datang berkata,”kalo semua jadi guru matematika siapa yang jadi guru IPA? IPS? Bahasa?”. Salah seorang dari mereka menjawab, “kan sekolahnya beda kak!”. Hemm.. bener juga sih.. hehe. Ada pertanyaan yang membuatku menghentikan aktivitas menyapu air di sungai, “kakak ini Islam semua ya? Islam apa kak? Islam xxx” dia menyebutkan salah satu nama institusi. Hmmm.. gimana jawabnya ni?? Dalam hati sempet bingung juga jelasinnya. Akhirnya kujawab, “Islam ajarannya rasulullah dek.” Akhwat lain menambahkan, “Islam berdasarkan Al Qur’an dan Hadist dek”.

Jadi kepikiran tentang tanya jawab yang pernah kubaca tentang Apakah islam moderat identik dengan islam liberal. Sang ustadz menjawab,


Tidak ada namanya Islam moderat, Islam liberal, Islam literal, Islam ini dan Islam itu. Islam adalah apa yang telah diturunkan Allah Swt lewat Rasulullah Saw. Bahkan sesungguhnya tidak ada itu Islam Sunni atau Islam Syiah. Rasulullah Saw tidak pernah membagi umat-Nya menjadi Sunni atau Syiah Hanya saja, setelah kedatangan Abdullah bin Saba, umat tauhid ini menyebut dirinya sebagai Islam Sunni untuk membedakannya dengan Syiah yang berasal dari tokoh Yahudi dari San’a, Yaman, itu. Dewasa ini, segolongan orang-orang yang mencantumkan “Islam” dalam KTP-nya mengaku sebagai kelompok “Islam Liberal”. Salah satu yang mereka tentang dengan keras adalah perintah Allah Swt untuk menutup aurat. Saya tekankan di sini bahwa Islam Liberal itu bukanlah bagian dari Islam. Mereka merupakan orang-orang Liberal, kacung-kacung Dajjal, yang memang sengaja atau tidak, disusupkan ke dalam tubuh umat Islam untuk menghancurkan agama Allah Swt ini dari dalam. Orang-orang Liberal ini tidak hanya bergerak dalam wacana agama, tapi juga dalam bidang ekonomi, politik, budaya, industri opini, dan sebagainya. Yang bergerak dalam bidang ekonomi dan politik sekarang dikenal dengan istilah kaum NeoLib. Merekalah musuh nyata bagi umat Islam dan umat beragama lainnya sekarang ini. Cita-cita akhir kaum liberal adalah menciptakan satu tatanan dunia baru (The New World Order) dengan satu agama bagi umat manusia yakni Pluralisme. Cita-cita akhir mereka tertera di lembaran mata uang satu dollar AS yang berbunyi “Novus Ordo Seclorum” yang berarti “Satu Tatanan Dunia Baru yang sepenuhnya Sekular”. Lucifer atau Dajjal berada di belakang gerakan liberalis. Sebab itu, jihad fi sabilillah harus ditegakkan umat Islam sedunia untuk menghancurkan mereka.

(bersambung)

Comments