Tak Lebih Tak Kurang

Seseorang pernah mengajariku bagaimana caranya tersenyum di tengah himpitan rasa tak percaya diri

Seseorang pernah mengajariku bagaimana caranya mengatakan terimakasih yang meliputi rasa ketidakmampuan

Seseorang pernah mengajariku bagaimana caranya menghargai di keramaian dunia yang penuh dengan rasa sesak dan ketidakpedulian

Seseorang pernah mengajariku untuk tak pernah merasa lelah meski titik nadir itu senantiasa mengintai

Siapakah orang-orang tersebut? ya, mereka adalah binaan kita. Kita menyebutnya binaan, tapi tanpa sadar kita juga dibina oleh mereka. Di tanah becek yang kulewati kemarin, aku seperti melihat dunia lain yang mungkin sering kulihat di televisi. Rumah kardus. Tak hanya di daerah sekitar kita mungkin, namun juga di berbagai daerah yang menjanjikan gaji besar dan ternyata tak mereka dapati. Di salah satu rumah kardus aku berhenti, sebelumnya aku belum pernah mengunjungi rumah yang ada di sisi ini. Tangan salah seorang dari kami mengetuk pintu dan dari dalamnya keluar seorang ibu, kamipun menyatakan penawaran kami. Lomba yang diadakan oleh salah satu instansi yang diadakan tepat keesokan harinya. Di dalam ruang yang kemudian disebut rumah tersebut terdapat tempat tidur, lemari, dan beberapa perabot lainnya ditambah pula dengan penerangan yang remang.

Sebagian kecil cerita dari sebuah daerah binaan, lain waktu saat ternyata aku tak bisa mengantarkan mereka mengikuti lomba di tempat yang lumayan dekat dari kosku. Salah seorang adik bertanya lewat pesan singkat, “Kak, nda dateng ke sini?” karena dari kemarin tepar di tempat tidur, maka kubalas, “Sdg nda enak badan de’” Kupikir tak akan datang balasan lagi darinya, tapi ternyata dia mendoakanku supaya lekas sembuh. Satu hal kecil yang menurutku tak kecil itu telah membangkitkan semangatku kembali.

Terkadang kita merasa lelah dengan segala amanah yang diberikan, jengah dengan tugas kuliah yang mengincar waktu tidur malam kita, pusing kala saldo di ATM kian menipis dan lain-lain. Berbagai hal yang membuat kita mengeluh dengan segala yang telah tersedia di depan mata. Cobalah sekali-kali tengok binaan dengan rumah kardusnya, single parent dengan tujuh anak yang harus dihidupi, himpitan ekonomi yang kian mencekik dan lain-lain. Masih adakah yang patut kita keluhi?

Lungkan sedikit waktu untuk memberikan inspirasi bagi mereka yang membutuhkan inspirasi dari orang-orang yang mereka anggap “kakak.” Tak harus menunggu menjadi mahasiswa berprestasi untuk mampu memberikan inspirasi bagi mereka, tak perlu menanti gelar Sarjana Teknik untuk mendengarkan kisah mereka, karena yang mereka butuhkan adalah perhatian dan pencerahan dari masing-masing diri kita yang mengaku sebagai saudara seiman. Tak lebih tak kurang. [_imm]

Comments