JMMI ke Malang (Part III-Final)


Lanjut Ke Universitas Brawijaya...
Ternyata forum diadakan di musholla kedokteran, karena masjid sedang dalam tahap renovasi total. Pertama masuk langsung disambut oleh beberapa ikhwah yang sama sekali belum saya kenal. Setelah beberapa lama ada kawan ITS yang nyeletuk, 
“ukh, yang baju biru mirip anti lho”
“heh, masak?(sambil celingukan nyari orang yang dimaksud)”

Dan tiba saat pengkondisian tempat duduk, seorang akhwat yang dibilang mirip dengan saya duduk pas di sebelah kanan. Langsung kenalan ke akhwatnya, dan ternyata oh ternyata dia dari madiun dan pernah ketemu dalam satu syuro’ salamsmada (forum alumni SKI smada madiun). Memang penuh kejutan, yang harusnya dengarin penjelasan tentang UB jadi beralih temu kangen (afwan teman-teman). Dan kitapun harus berpisah karena pembagian bidang. Adeknya di syiar, sedang saya dimana? Yah, sempat bingung juga masuk bidang apa, karena memang sejak di UMM pun tidak ada bidang yang fokus di sosial masyarakat. Akhirnya saya bersama dea, Fira, dan Ofa gabung di fundrising. Yang terjadi adalah, kami banyak bercerita tentang kelembagaan, dll. Fundrisingnya? Karena ukhti resti juga baru di fundrising jadi hanya sekilas prodak-prodaknya. Seperti katering (bedanya dengan UMM, ada seorang akhwat yang jago masak, jadi dialah yang menjadi aktor utama di katering), Moment (bazar di setiap agenda besar), prodak terbesar adalah Islamic Book Fair. 

Kembali ke bidang sosial masyarakat, UB pun belum memiliki ranah dakwah ke masyarakat langsung. Lalu apakah kita tidak bisa memaksimalkan potensi yang sudah kita miliki? Jika pelayanan terhadap masyarakat sekitar kampus ITS masih akan dilanjutkan saya benar-benar berharap semua elemen juga bisa berpartisipasi dan paham urgensi pembinaan terhadap masyarakat. Jarang mungkin dikaitkan dengan dakwah kampus yang masanya adalah akademika, namun jangan sampai melupakan salah satu dari tri dharma perguruan tinggi yang salah satunya adalah pengabdian masyarakat. Siap-siap kawan dengan segala kejutan dan anugrah saat berinteraksi dengan masyarakat. Pelajaran kesembilan yuk optimalkan apa yang kita bisa, luangkan sedikit waktu untuk bercengkrama dengan binaan, maka segala beban yang ada seolah sirna dengan sebuah pancaran keikhlasan dan bahagia yang mereka berikan. Subhanallah...

O iya, masukan buat semuanya mungkin, sempet tanya-tanya juga tentang pergantian kepengurusan di UB, adakah Ahwa? Jawabnya, belum ada. Namun ada hal yang mungkin belum diterapkan di kampus kita ini, surat kontrak. Apa itu? jadi, setiap orang yang nantinya akan menjadi pengurus harian diberi sebuah kesepakatan sebelum akhirnya mereka dipilih untuk mengemban sebuah amanah. Si calon pengurus memilih ingin menempati bidang apa, namun tidak menutup kemungkinan pilihan calon pengurus berbeda dengan keputusan tim pembentuk. Namun yang jelas, mereka tau suatu saat mereka akan mengemban amanah sebagi pengurus harian dan ketika saya bertanya tentang melanggar surat kesepakatan, apa jawab ukh resti? 
“setau saya belum ada yang melanggar, kalaupun ada pergantian itu karena alasan syar’i.”
Pelajaran kesepuluh, persiapkan dan komitmen.

sumber gambar: http://malangraya.web.id/mycontents/uploads/2008/12/ub-rektorat.jpg

Comments