Pertama Kali untuk Kedua Kalinya


Saya suka perjalanan, saya suka berkendara, pun hanya “jalan-jalan” di sekitar kampus maupun jalan raya, saya tetap suka perjalanan. Karena di perjalanan saya menemui banyak hal yang tak bisa saya saksikan ketika saya diam. Seperti perjalanan kemarin, saat sudah beberapa bulan rasanya tidak melewati jalan yang biasanya rutin dilewati. Ada sedikit rasa canggung, “deg-deg an” dan harapan. Canggung dan deg-deg an karena saya akan melintasi jalanan yang tak biasa. Jalanan yang sempat membuat saya menelan ludah berkali-kali saat pertama kali melewatinya. Jalanan yang cukup legendaris bagi kami. Harapan, karena sudah beberapa bulan ini hanya mendengar cerita tentang mereka tanpa bertatap muka, harapan akan senyum yang sama seperti beberapa bulan lalu.

Ketika benar-benar telah memasuki kawasan itu, ternyata masih sama. Dengan tulisan wisma bertebaran, parkir motor 24 jam, musik yang bergenre sama. Saat sudah memasuki gang, sempat khawatir karena berkurangnya jumlah adek-adek di taman baca yang diceritakan alah seorang pengajar .” Jangan-jangan nda ada yang datang ni?”, pikir saya. Di ujung gang bertemu dengan salah dua anggota taman baca, Dwi dan Yanti. Mereka sedang asyik membuat sesuatu dari tepung dan pewarna. Sayapun menghampiri mereka, “de, nda ke taman baca?”. “nda kak, males kak, mau main”, jawab dwi. Setelah beberapa saat mengajak, namun ternyata ilmu komunikasi saya bab mempengaruhi orang belum bisa mendapatkan hasil. Sayapun melangkah ke taman baca. 

Gang ini sedang laris rupanya, agak berbeda dari biasanya yang hanya beberapa wisma saja yang sedang disambangi pelanggannya. Namun kemarin, melebihi yang biasanya. Musik berlomba-lomba untuk menghipnotis pelanggannya untuk betah di dalam wisma yang sebenarnya terlihat minim fasilitas dari luar. Sedikit senyum pada beberapa orang tua adek-adek yang sudah kukenal. Dan sampailah saya di taman baca.

Hmm.... ni mana adek-adeknya? Tepat seperti kekhawatiranku sebelumnya, adek-adek tak nampak ujung jempolnya. Tapi setelah beberapa saat, ada suara langkah kaki dan panggilan “kakak” menyembul dari ruang sebelah taman baca. Bernostalgia. Seperti pertama kali untuk kedua kalinya. Benar saja, adek-adek yang datang semakin sedikit. Ruang belajar terlihat kurang terawat. Adek-adek langsung memberondong pertanyaan, “kakak kok baru datang?”, “lama nggak datang kak, kemana?”, dll. Dan kamipun sedikit merapikan ruang belajar supaya bisa digunakan kembali.... insyaAllah bersambung. [imm]



Comments