GADIS Tercinta


Kalo Madiun(saatnya narsis dengan kota sendiri) Kota GADIS, Sangatta Kota Tercinta. Jadilah GADIS Tercinta. GADIS itu PerdaGangan, PenDIdikan, dan InduStri. Sedang tercinta sepertinya bukan sebuah singkatan. Kenapa Tercinta? Saya belum menemukan alasan yang akurat di balik slogan tersebut. Tapi bisa saya simpulkan dari beberapa percakapan bersama orang-orang sekitar daerah ini, Sangatta itu termasuk “kota mahal” dibanding kota disekitarnya, sebut saja Bontang, Samarinda, dll. Mengapa? Mungkin karena tingkat ekonominya yang cukup tinggi, sebab hasil pertambangan batubara yang dimiliki oleh daerah ini.

Lainnya?karena kedamaiannya mungkin. Selama berada di sini, hal yang saya rasakan selain “Jawa” nya “Kalimantan” adalah sepi. Pagi sepi, siang sepi, sore sepi, malam sepi. Ini kalau di daerah tempat tinggal saya lho. Bukan yang daerah pertokoan di Sangatta baru. Dulu saat pertama kali saya datang siang hari, saya kira sepinya lembah hijau dikarenakan penghuninya sedang bekerja. Tapi ternyata, pagipun sepi, dilanjutkan sore dan malam harinya.

Tapi ada yang menarik di sini, lapangan yang ada di belakang Town Hall biasanya diramaikan oleh orang-orang yang berolah raga saat pagi dan sore hari. Karena kita selalu melewatinya setiap berangkat maupun pulang kerja, jadi agak membandingkan juga dengan kondisi kampus, keputih, dan sekitarnya. Di sini sepertinya lapangan tidak pernah sepi dari orang berolahraga, baik lari-lari, sepak bola, bersepeda, dll. Tapi kita lihat di kawasan mahasiswa, olahraga sepertinya menjadi nomor kesekian setelah tugas, kuis, praktikum, dll. Jadi pengen ada sebuah agenda olahraga kampus bersama. Jalan-jalan bersama setiap pekan kah, lari-lari pagi bersama setiap pagi kah, dll.

Mengembalikan kenangan masa kecil, saat saya duduk memperhatikan mereka di tempat yang sepertinya tribun untuk menonton sepak bola(tapi lebih mirip kayu yang dibentangkan saja). Banyak anak-anak yang bermain bersama alam di sini. Nyemplung di sungai, tertawa riang sambil berlarian di lapangan berumput, bermanuver dengan sepedanya. Anak-anak, selalu menyenangkan memang melihat mereka. Senyum dan tingkah polah yang masih sangat orisinil. Jadi teringat dengan adek-adek di Gebang, Kejawan, Dolly, yang rata-rata telah mengenal “dunia maya” dan “dunia plus2” . Apakah mereka bisa menikmati masa anak-anak mereka seperti anak-anak di sini ?

Kondisi alamnya pun cukup unik. Kalo yang ini sepertinya hampir semua kota yang saya lewati di Kalimantan memiliki kondisi alam yang sama. Berbukit. Tapi jangan harap ada hawa pegunungan di sini. Memang saat pertama kali datang di Balikpapan Kota Beriman (Jadi teringat Jombang) dengan nuansa hujan, hampir mirip dengan Malang. Baik jalanan maupun suasananya. Tapi memang seperti inilah kondisi di sini. Dengan medan berbukit yang kalo malam hari mirip pemandangan Sarangan, tapi tidak ada hawa pegunungan. Siang tetap panas, malam baru agak dingin(ini mungkin juga karena tempat tinggal saya yaitu rumah panggung beratap seng. Siang panas, malam dingin.)

Kalo kantor, termasuk ke kawasan OBVITNAS (OByek VITal NASional), jadi yang masukpun harus memiliki ID (baik pengunjung maupun karyawan). Di perjalanan menuju kantor(kalau jalan kaki), juga akan melewati “hutan mini” dengan pohon dan tumbuhan khas. Di belakang kantor juga hutan. Jadilah sebenarnya kita tinggal di lingkungan hutan. Maka tak jarang jika kebetulan ketemu rusa, monyet (kalo ini sepertinya ada di kawasan menuju Tanjung Bara), dll.[imm]

Comments