Harapan itu Masih Ada


Hal yang dari awal sudah saya sadari adalah perbedaan. Saat setahun lalu saya magang di sebuah lembaga amil zakat di Surabaya dan kini di sebuah perusahaan pertambangan di Sangatta. Perbedaan pergaulan, budaya, dan gaya hidup. Selain itu sebenarnya hal yang saya hadapi tetap sama, layar monitor, keyboard, dan mouse. Beberapa pekan ini mengajarkan saya banyak hal, bahwa hidup adalah pengaderan dari Allah SWT, untuk membentuk hambaNya menjadi pribadi sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya masing-masing.

Beberapa pekan ini bisa dibilang salah satu “laboratorium kehidupan” untuk melatih dan mengajarkan saya tentang dunia pasca kampus. Hal yang sering didengungkan namun jarang dalam prakteknya. Beberapa pekan ini pula yang mendorong saya untuk berpikir ulang tentang kehidupan pasca kampus. Dan ternyata hal-hal yang dulu saya pikirkan tentang dunia pasca kampus, tidak semudah yang saya bayangkan ketika berhadapan langsung dengan objek yang berbeda. Menekan saya untuk berpikir lebih banyak tentang dunia pasca kampus tentunya, apalagi kali ini saya sudah berstatus mahasiswa tingkat akhir. Hal-hal yang tentunya sangat berbeda ketika perpindahan status siswa ke mahasiswa, meski saat itu mental benar-benar diuji. Tetapi kali ini pasti tantangan yang dihadapi akan lebih besar.



Sudah siapkah dengan segala konsekuensi pelepasan status mahasiswa menjadi status lainnya? Itulah yang harus dipersiapkan. Seberapa banyak bekal kita? Inilah yang perlu kita ukur dan tingkatkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Dengan dinamisasi dunia pekerjaan, gaya hidup dalam sebuah lingkungan atau komunitas baru, interaksi dengan masyarakat sekitar, budaya-budaya yang harus dipelajari, dan lain sebagainya. Bisa dibilang jauh berbeda dengan kehidupan kampus.

Benar-benar banyak pekerjaan rumah bagi saya untuk mempersiapkan segala hal yang seakan terus mengejar di tahun keempat. Bagi yang belum kepikiran pasca kampus, segera dipikirkan supaya nanti tidak terjadi lonjakan saat benar-benar harus terjun ke masyarakat. Ingat kawan, yang terpenting adalah apa yang bisa kita berikan.

Epilog

Saat melintasi kawasan Sangatta-Bontang dengan rumah panggung di kanan kiri jalan, sambil memikirkan tambang dan beberapa hal yang dimiliki bangsa ini, diiringi “Bangkitlah Negriku”-SH, saya mengguman “Harapan itu masih ada....!!”. Ya, kalian semua yang sekarang berstatus mahasiswa dan akan melepas gelar mahasiswa menjadi gelar lain, adalah generasi yang harus bisa menjadi “mutiara yang bertebaran di muka bumi “. Bukan hanya bekerja untuk materi, tetapi bekerja untuk kemaslahatan bersama. Ya, harapan itu masih ada kawan! [imm]

sumber gambar:
http://dear-gun.blogspot.com/2011/04/harapan.html

Comments