Sampaikan Pesan Anda


Saya diyakinkan oleh Levy, bahwa menulis itu merupakan kegiatan untuk meninggalkan jejak yang jelas. Dan jejak yang jelas itu tentu akan membantu siapa saja untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan beberapa waktu lalu. Inilah kenapa saya bahagia. Saya merasa perjuangan saya dalam membiasakan diri menulis tidak sia-sia. Saya lantas dapat mengenal lebih dekat diri saya-pikiran-pikiran saya maupun perasaan-perasaan saya yang bergolak dari waktu ke waktu. (Hernowo- Sukses Melejitkan Potensi Anak Didik)

Menulis? Terkadang saya merasa tidak percaya setelah membaca ulang tulisan yang pernah saya buat. Kenapa? Karena “rasa” pada masing-masing tulisan membuat saya mengingat apa yang saya rasakan saat menulis saat itu. Itulah jejak yang saya rasakan ketika membaca ulang tulisan yang telah lalu. Itu mungkin salah satu alasan, kenapa saya harus menulis.

Selain itu? Tentulah pesan yang ingin disampaikan melalui sebuah tulisan. Entah pesan berupa pemikiran, pesan berupa informasi tentang suatu hal, pesan berupa ide maupun hikmah yang saya dapat dari suatu hal. Apapun yang ingin saya sampaikan,diusahakan untuk ditulis. Karena sebenarnya, kemauan untuk menulis belum bisa dipaksakan juga pada diri saya. ketika saya ingin menyampaikan sebuah pesan melalui tulisan, maka segera saya tulis (ketik lebih tepatnya) ataupun kalau sedang tidak bisa mengetik, biasanya saya tulis di buku catatan atau kertas. Hal ini untuk menghindari “rasa” yang berbeda di setiap tulisan dan kemauan yang terkadang belum bisa dikontrol.

Banyak yang berkata, “saya belum bisa menulis”, “saya bingung mau mulai darimana”, “saya susah menulis”, “saya tidak tau mau nulis apa”, dll. Hal-hal itu juga pernah saya alami, ketika saya bingung untuk memulai darimana. Sampai beberapa tahun silam, Allah memberi kesempatan untuk magang di Sa’i dan bertemu pak Adit yang terus memotivasi maganger’s untuk tidak takut untuk mulai menulis. “Latihan menulis yang paling mudah itu adalah buku harian, tulis saja apa yang dipikirkan seperti menulis di buku harian”, ungkap beliau(afwan kalau redaksi kalimatnya kurang tepat, sudah agak lupa soalnya). Ditambah lagi penjelasan beliau mengenai fungsi media bagi kelangsungan hidup muslim, menginspirasi kami untuk terus meningkatkan kemauan untuk menulis.

Sulit bagi kaum ‘abangan’ di negeri ini untuk mendapatkan pemahaman tentang agamanya dengan benar dari media. Sangat jarang kita menemui jurnalis-jurnalis muslim yang benar-benar memperjuangkan agamanya di negeri ini. Kalaupun ada, pasti tak akan ada koran yang mau menerimanya sebagai wartawan. Sehingga memang tidak ada cara lain selain tangan kitalah yang harus kita gerakkan untuk mengambil pena dan kertas, atau hidupkan PC dan mengetikkan sesuatu yang bisa membuat perubahan bagi fenomena ini. Suatu karya tulis yang bisa menjelma menjadi senjata pemusnah massal bagi virus-virus pemikiran sesat para orientalis, untuk memberangus usaha-usaha pemurtadan dan mengembalikan umat ini kepada akidah yang benar dan lurus. ..”(Aditya Abdurrahman, Sa’i #5 2009)

Tetapi yang sering terjadi adalah kurangnya kemauan kita untuk meningkatkan kemampuan dalam menulis. Seperti yang ditulis Ridwansyah Yusuf Achmad di blognya, “Bagi seorang ADK, menulis adalah sebuah tuntutan. Seringkali sejarah dakwah kampus kita terputus atau hilang jejak karena dokumentasi dalam bentuk tulisan yang tidak ter-kumpul dengan baik. Atau, karena tulisan yang dilahirkan oleh ADK yang masih terbatas membuat banyak sekali pemikiran tentang Islam, Peradaban, atau Dakwah Kampus yang tidak diketahui oleh masyarakat luas. Dan pemikiran-pememikiran yang lalu lalang di dunia maya justru di dominasi oleh hal-hal yang kontraproduktif dengan Islam itu sendiri.”

Ayo kawan, tingkatkan kemauan untuk menulis, untuk menyampaikan “pesan” kepada banyak orang, untuk mengubah dunia melalui tulisan! Hal yang tak boleh dipisahkan dari menulis adalah membaca. Dr. Aidh bin Abdullah al-Qarni, dalam bukunya, “La Tahzan” mengungkapkan tentang banyaknya manfaat membaca, salah satunya yaitu “Dengan sering membaca, orang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat; lebih lanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis “diantara baris demi baris” (memahami apa yang tersirat).”

Saudaraku, apa yang masih menghalangi anda menulis? Baca sebanyak-banyaknya, cermati dan amati apa yang ada di sekitar kita, mendengar lebih banyak, dan menulislah! [imm]


sumber gambar : http://www.clker.com/clipart-15847.html


Comments

Arman said…
Subhanallah, insya ALlah benar, karena menulis adalah perintah setelah membaca, Allah berfirman:

اقْرَ‌أْ وَرَ‌بُّكَ الْأَكْرَ‌مُ ﴿٣﴾
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ﴿٤﴾

3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],

[1589]. Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.