Minte Tour,PKT, dan Badak



“Allahlah yang menjadikan bumi untukmu sebagai tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentukmu lalu memperindah rupamu serta memberi rezeki dari yang baik-baik. Demikianlah Allah, Tuhanmu, Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam”(QS Gafir:64)

Mine Tour

Subhanallah....Selamat datang di dunia 100 meter di bawah permukaan laut...

Kesempatan yang tak kami sangka sebelumnya. Kenapa? Karena kami kerja prakteknya memang tidak di bagian lapangan. Tapi ternyata, ada jadwal khusus untuk Mine Tour. Kami diajak berkeliling ke salah satu pit (tambang) yang dimiliki oleh PT.KPC. Bernama Pit Bintang. Konon, pit ini merupakan pit terbesar diantara pit yang lain, ditambah lagi pit terbesar se-Asia Tenggara.

Saat pertama kali masuk kawasan, rasanya tak sanggup berkata selain rasa syukur. Karena menurut saya, kesempatan ini adalah hal yang mungkin sulit untuk diulang kembali. Overburden(tanah penutup batubara) terlihat di sekeliling kami, membentuk lapisan tanah yang unik. Di beberapa tempat, terlihat batubara yang belum ditambang.


Tak jauh dari tempat kami masuk, muncullah alat-alat pengangkut batubara dan overburden. Tidak tanggung-tanggung, alat terbesar mampu mengangkut kurang lebih 270 ton. Bisa dibayangkan ban – nya sebesar apa? Kalau kita berdiri di depannya, tidak ada separuh dari ban tersebut. Harganya? 700 juta/ satu ban. Dan ban tersebut harus diganti setiap 3-4 bulan sekali. Bahan bakarnya? 200 liter solar/hari. Mau mencoba mengkalkulasikan berapa perawatannya? Itu juga belum hal yang lainnya dikalikan jumlah alat yang ada. Serasa ketemu robot-robot di transformers.

Hal yang lain yang sangat diperhatikan di pertambangan adalah keselamatan. Ya, saat masuk ke area tambang, mobil-mobil penumpang (seperti yang kami tumpangi) harus memasang buggy whip (tiang+bendera) sepanjang kira-kira 2 meter. Kenapa? Kalau kata pak novi yang mengantarkan kami, sebagai tanda keberadaan mobil penumpang. Karena kalau tidak ada tanda khusus, bisa-bisa nggak kelihatan dari alat-alat pengangkut batubara yang besarnya berkali lipat. Selain itu, kostum wajibnya adalah sepatu karet, topi, dan rompi berwarna orange. Selain itu, jalur pertambangan bisa berubah sewaktu-waktu, jadi orang-orang yang mengemudi harus benar-benar paham kondisi tambang. Bisa-bisa nyasar...

Sampailah kami di tempat prima coal, jenis batubara terbaik yang dimiliki PT.KPC. Mengapa terbaik? Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, bahwa semakin tinggi calorific value yang dimiliki batubara, maka semakin tinggi kualitas dan harganya. Dan disinilah kami mengambil beberapa ons prima coal. Kalau kata orang kantor, “buat bakar sate aja, nggak habis-habis pasti...”.

Reklamasi juga merupakan salah satu perhatian dari PT. KPC, setelah ditambang, overburden yang telah diambil, dipisahkan menurut kadar masing-masing, yaitu NAF (Non Acid Performed) dan PAF (Potential Acid Performed). Overburden ini dipisahkan supaya tanah yang NAF bisa digunakan langsung sebagai lahan reklamasi dan tempat tumbuhnya tanaman. Sedang PAF harus melalui tahapan penetralan PH supaya, tidak menyebabkan air asam yang dapat mencemari lingkungan.

PKT dan Badak

Akhir pekan ini kami bersilaturrahim ke rumah saudara di Bontang. Kota yang lebih tenang daripada Samarinda. Kota ini banyak dipengaruhi oleh dua pabrik besar. Pupuk Kaltim dan Badak NGL. Dua perusahaan yang sudah cukup lama mewarnai Bontang. Kami diajak untuk berkeliling ke lingkungan PKT dan Badak. Siangnya di PKT, malamnya ke Badak. Dua kawasan dengan tata lingkungan yang hampir mirip. Sangat berbeda dengan kawasan pertambangan di PT. KPC dengan akses terbatas, karena yang boleh masuk hanyalah mobil bernomor lambung, bis KPC dan mobil + pengemudi yang telah lulus uji kelayakan. Mungkin karena berbeda jenis benda yang diperdagangkan. Dua perusahaan di Bontang lebih ke arah proses, dengan pabrik yang terlihat dari kejauhan. Sedang PT. KPC lebih ke hasil tambang, dengan pengolahan yang berbeda dengan dua pabrik di Bontang.

Kawasan yang lengkap, mulai dari rumah dinas, sekolah, masjid, tempat rekreasi, bandara dan lain-lain memenuhi lingkungan PKT dan Badak. Saat berkeliling di malam harinya, daerah pabrik di PT. Badak terlihat bersinar dengan lampu ribuan watt nya. Tak jauh beda dengan paiton yang terlihat cantik di malam hari. Lingkungan yang bersih di kawasan dua pabrik besar ini juga mempengaruhi kota Bontang yang terlihat rapi dan bersih. Hal lain yang kami temukan adalah kota ini berujung pada laut, karena memang berada di garis pantai Kalimantan Timur. Jadi tak heran masyarakat pertama yang terbentuk di sini adalah masyarakat di kawasan laut. Atau terkenal dengan kawasan Bontang Kuala. Terdapat banyak rumah panggung di bibir laut. Tak hanya satu dua rumah saja, tetapi bisa dibilang satu desa. Tak heran kalau tempat ini menjadi salah satu icon kota Bontang. Dengan pesona kekuatan kayu ulin yang tahan terhadap air laut, mampu menopang puluhan rumah yang ada di sana. [imm]

Comments