Catatan Sarasehan Nasional 2011(2)



Rangkaian acara yang luar biasa membuat kami bersemangat menuju sarnas. Setibanya di sana, kami registrasi dan memastikan pembagian Rapimnas (Rapat Pimpinan Nasional). Awalnya kami hanya mengetahui bahwa Rapimnas ini nanti akan membahas mengenai amanah masing-maisng LDK, untuk JMMI ITS adalah sebagai BK Media Nasional. Kami berpikir, hanya akan ada satu forum. Namun, saat panitia menanyakan kami akan masuk komisi A, B, atau C tinggallah kami bingung dengan kondisi yang berbeda dari bayangan. Setelah diputuskan, saya masuk rapimnas komisi c (jarmusnas) dan de’ yani di bendahara. Bingung? Saya juga bingung. Hehe

Ok, kami pun berpisah menuju tempat rapimnas masing-masing. Akhirnya saya berada di tengah muslimah luar biasa dari seluruh Indonesia setelah sempat “nyasar” ke tempat rapimnas bendahara. Awalnya saya hanya mengenal mba’ Jumai, kaput dari Pusdima Unmul. Dan mulailah perkenalan dari akhwat lain. Ya Robb, beruntung sekali saya bisa bertemu muslimah dari sabang-merauke. Mereka adalah jarmus dari perwakilan BP Nasional, Puskomda, BK Nasional. Dari 12 BPNAS, yang hadir ada 8 BP sedang 4 BP absen karena belum ada perwakilan jarmus.

Pembahasan mengenai keputrian, hal yang baru pula bagi saya. o iya, sebelum melanjutkan cerita, ada sebuah kejadian mengenai keputrian saat di penginapan. Saya bertemu dengan seseorang yang nama panggilannya “imas” juga. Dan tahukah teman-teman, bisa dibilang mba’nya ini “akhwat banget”. Pokoknya lemah lembut dan akhwat banget (bukan sesuatu banget). Ada salah satu akhwat dari universaitas lain nyeletuk, “bahkan kedipan matanya pun diatur”. Wahh... pengen jadi adeknya. Hehe. Kembali ke komisi c, pembahasan ini dikerucutkan menjadi dua agenda besar yaitu evaluasi kinerja jarmus masing-masing BP selama setahun ke belakang dan menentukan arahan kerja yang lebih realistis. Karena saat mengacu pada arahan kerja jarmus yang telah disepakati di FSLDKN XV, ada beberapa hal yang belum bisa terealisasi dan mungkin jauh dari kondisi yang diinginkan. Maka diadakan tinjau ulang terhadap arahan kerja supaya lebih optimal. Rapimnas komisi c yang seharusnya dipimpin oleh Jarmusnas (Ukh Resti), namun dipimpin oleh salah satu tim jarmusnas karena ukh resti berhalangan hadir.

Dari sinilah saya mengetahu kondisi keputrian di masing-masing BP dan banyak hal tentang keputrian yang membuat saya ingin sekali mengadopsinya untuk keputrian ITS. Akan saya bahas di bab yang berbeda (lagi-lagi. insyaAllah ada). Akhirnya sekitar pukul 16.30 rapimnas komisi C ditutup, setelah kurang lebih 6-7 jam kita syuro’ bergembira.

Lumayan ketinggalan acara, karena di saat rapimnas di tempat lain ada kegiatan juga. Talkshow, seminar dengan pembicara yang tidak diragukan lagi. Namun, bagi saya ini bisa terbayar dengan perjumpaan dan pembahasan bersama keputrian nasional. Hal yang lagi-lagi tidak terlintas dalam pikiran saya, bisa menjadi bagian dari mereka. Saat jalan kaki dan mengobrol bersama salah seorang akhwat dari puskomda Jambi, “kita syuro’ seharian aja terasa pusing ya, apalagi saat zaman Rasul yang setiap harinya harus memikirkan umatnya, benar-benar tidak ada apa-apanya kondisi kita jika dibandingkan dengan zaman Rasul.” Hal yang membuat saya, beliau terdiam sejenak. Ya, kita mungkin sering mengeluh dengan agenda-agenda yang rasanya telah menyita seluruh waktu kita, namun rasanya ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan perjuangan Rasul dan sahabatnya untuk mengubah zaman jahiliyah menjadi zaman terang-benderang.

Hari ketiga, Palestina banget. Ya, karena hari ketiga memang dikhususkan untuk pembahasan palestina. Mulai dari diskusi Palestina, orasi tentang Palestina, dan konser nasyid untuk Palestina. Diskusi palestina membahas mengenai urgensi pembelaan terhadap Palestina, hubungan politik di Palestina, dll. Sedangkan orasi berisi tentang sejarah negeri palestina dan ledakan semangat untuk senantiasa memperjuangkan Al Aqsha dan Palestina. Izzatul Islam dan Shoutul Harokah, tentu sudah tidak asing dengan nama-nama tersebut. Mereka mampu “menggemuruhkan” gedung purna budaya dengan nasyid yang menyerukan tentang perjuangan dakwah dan palestina. Bahkan di salah satu lagu yang dibawakan Izzis, yang menjadi soundtrack film Sang Murabbi, tapi saya lupa judulnya, mampu membuat ADK merenung dan menghidupkan kembali semangat membina. Karena tidak mengikuti sampai selesai, maka saya kurang tahu penutupannya. Yang jelas, FSLDK selalu membuat semangat baru dalam menghidupkan kembali sendi-sendi dakwah kampus yang mungkin sedang dalam tahap perbaikan dan pengembangan. Akselerasi dan Sinergisitas.

Menunggu agenda FSLDK selanjutnya! Januari insyaAllah ada jambore mentoring nasional di Unes sebagai BK mentoring nasional, Februari /maret ada FSDA VI surabaya raya yang insyaAllah diadakan di STIESIA, Juli insyaAllah ada FSLDKN XVI di ITB. Masih bisakah menatap wajah ADK dari seluruh Indonesia? Yang bahkan dengan segala perjuangan dan kesibukan mereka masih menyempatkan untuk hadir dan berkumpul dengan ADK lain, yang jauh-jauh datang dari pulau seberang, ataupun yang menggunakan bus untuk bisa menampung ADK yang ikut dalam FSLDK, dll. Saya merindukannya lagi.

Terimakasih Allah yang begitu indah membuat skenario kehidupan kami
Terimakasih Raulullah SAW yang selalu bisa menginspirasi kami
Terimakasih panitia yang bercapek-capek ria untuk memberikan pelayanan terbaik bagi kami
Terimakasih kawan-kawan ADK yang berkumpul untuk bisa saling menginspirasi
Terimakasih teman seperjalanan yang mungkin banyak saya “susahkan”, terimakasih juga atas obrolan-obrolan di kereta, obrolan “ngalor-ngidul” yang banyak membuka mata dan telinga saya. hehe

[imm]

Comments

Anonymous said…
salam..
subhanallah, catatan perjalanannya ada mb?
semoga bermanfaat bagi yang lainnya..
an aja belum sempat buat..
Immash said…
@anonymous: maaf ini dengan siapa? de' suci kah?
catatan perjalanan yang mana?
suci azzahra said…
itu bukan an mbk.. tunggu ctatan perjlan ana..
Dian Aini said…
subhanllah,,hiks hiks nyesel g bisa ikut ukh. ada dokumentasinya g ya??di posting dong ukh. biar kita yg g ikut ini bisa tahu kemegahan acaranya.hehe
Immash said…
@ Dian Aini: ikhwan keknya yang punya ukh, akhwat nda ada kamera waktu itu
eko marwanto said…
ka izin bookmark dulu, nanti aku baca klo sempet.. :)