Manusiawi

Manusiawi

Sebuah kata yang sering menjadi tameng ketika sebuah kesalahan tiba-tiba hadir dalam kehidupannya. Akankah sama ukuran manusiawi seseorang dengan yang lainnya?

Manusiawi

Saat kata ini juga masih belum mempunyai ukuran, pun bagi diriku sendiri. Seberapa manusiawikah?

Manusiawi

Apa lagi yang akan kau cari saat manusiawi menjadi alasan bagi diri sendiri atas segala pengampunan yang sesungguhnya hanya kaubuat.

Manusiawi

Apalah sebuah ke-manusiawi-an ini akan mengakar membentuk pohon yang kokoh bagi diri sendiri dalam mengatasi segala ketidak manusiawian.

Entah, rasanya manusiawi hanyalah sebuah kata yang terdengar menggelitik di telinga. Sebuah kata yang sering terucap, namun tak ada ukuran kuantitatif dalam pengukurannya.

Apapun alasan yang menggunakan kata manusiawi, tak akan benar-benar manusiwi saat kita tidak bisa mengambil sesuatu darinya.

Mengutip dari Tarbawi Edisi 252

“...yang perlu kita pahamkan pada diri kita, bahwa dibalik peristiwa itu ada sebuah akselerasi pertumbuhan yang terkadang tidak bisa kita sadari. Peristiwa buruk atau baik, ternyata keduanya memaksa kita belajar.”

“Kehidupan memang memberikan beragam “kejutan”, untuk setiap manusia yang menjalaninya. Beberapa “kejutan” kadangkala tidak berupa sukacita, melainkan sedih dan duka yang cukup dalam. Namun, selalu ada hikmah yang dapat diambil dari setiap peristiwa yang ada. Terlebih ketika kita yakin bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.”

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran(ibrah) bagi orang-orang yang memfungsikan akal mereka. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf:111)

“..usaha kita mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa, sesungguhnya adalah usaha kita untuk mengasah dan memfungsikan pendengaran dan penglihatan dengan baik, agar hati yang akan mencerna semuanya lebih peka dan lebih kuat dalam memahami

“Bagi seorang beriman, setiap cobaan yang menimpanya atau keadaan apapun yang di alaminya, adalah sesuatu yang akan menambah kuat imannya. Semakin berat cobaannya, semakin bertambah imannya dan semakin kuat pula tawakalnya kepada Allah”

“..kata Hasan Al Bashri, “Pada saat manusia sama-sama sehat, mereka sejajar dalam iman. Namun tatkala bencana menimpa, tersingkaplah siapa yang benar-benar kokoh imannya”

Manusiawi? masihkah mempertanyakannya?

Comments