Menyongsong Kelahiran Generasi Shalahuddin Berikutnya


“Bangkitnya kaum Muslim dari keterpurukan ketika perang salib bukan kebangkitan seorang Shalahuddin, tetapi kebangkitan satu generasi Shalahuddin” (Adhian Husaini, 2009).

Sebuah rangkaian kata yang mampu membuat sebagian orang yang membaca termenung dan mencoba meresapi makna dari kalimat tersebut. Ya, karena seorang sholahuddin al ayubi yang tersohor di perang salib pun tidak bisa “bergerak” sendiri tanpa bantuan sahabat ataupun pasukannya. Pun dengan kondisi bangsa yang semakin carut marut dengan segala permasalahan yang semakin hari semakin tak dimengerti oleh rakyatnya sendiri.

“Jama’ah adalah alat yang diberikan Islam bagi umatnya untuk menghimpun daun-daun yang berhamburan itu, supaya kekuatan setiap orang shalih, orang hebat atau satu potensi bersatu padu dengan kekuatan saudaranya yang lain ” (Dari Gerakan ke Negara, Anis Matta). Oleh karena itu sebuah sistem pembinaan yang berkesinambungan dan sebuah ikatan”orang-orang terbaik” akan menghasilkan sebuah generasi yang diharapkan mampu mengubah bangsa ini ke arah yang lebih baik. Tentu masyarakat sedang menanti dan berharap akan ”kedatangan” generasi terbaik itu. Mengutip dari tulisan M. Fauzhil Adhim Tangan mereka mengendalikan kehidupan, tetapi hati mereka merindukan pertemuan dengan Allah.”. Generasi yang tak hanya bisa menggenggam dunianya, tetapi generasi yang meniatkan segala perbuatannya hanya karena Allah.

Sebuah hal yang cukup sulit bagi sebagian orang, namun di sisi lain banyak hal yang sudah mulai dilakukan untuk menuju pada pembentukan generasi yang unggul. Seperti pemberian beasiswa pendidikan, pembinaan kepada siswa dan mahasiswa, peningkatan potensi, dan lain-lain. Sebuah usaha yang sudah mulai mendapat perhatian lebih, baik dari akademisi maupun masyarakat umum. Karena dari pembinaan-pembinaan itulah terbentuk sebuah generasi yang sudah teruji baik dalam berbagai hal. Baik dalam kualitas ibadah, akhlak, akademik, organisasi, dll.

Itulah yang harus senantiasa kita tingkatkan, perhatian lebih terhadap kelangsungan dan keberlanjutan pembinaan dan pemberdayaan manusia. Hingga suatu saat nanti ketika pembinaan bisa menjadi sebuah “multi level pembinaan”, dimana seorang manusia yang telah terbina mampu membina manusia lain untuk menyongsong kelahiran generasi Shalahuddin berikutnya. Tak hanya soleh bagi dirinya sendiri, namun juga mampu mengajak orang lain untuk memperbaiki diri.

Kini memandang keduabelasan yang siap menjadi generasi tawazun yang kontributif terhadap agama, bangsa, dan negaranya. Bersiaplah Etoser 2011. Be More than Excellent![imm]

Comments

Ican said…
Sebuah hal yang saat ini menjadi impianku, dimana pembinaan berkelanjutan menjadi modal dasar dalam mencetak generasi2 rabbani demi kemajuan bangsa dan negara ini.. Bismillah kan kubuat "etos" di kampung halamanku..
Immash said…
menjelang pasca kampus, impian untuk Indonesia madani semoga tidak hanya menjadi angan-angan. setelah JMMI BISA, Indonesia BISA kali ya!?

*btw, etos samarinda udah ada kan? tapi maksudnya bukan etos beasiswa ya?
Ican said…
Wah,tuh slogan sea games yang cukup luar biasa... InsyaAllah lah indonesia pasti BISA!! dimulai dari diri kita pribadi dulu kan ukh.. setelah itu membentuk keluarga madani,, dst..

ya buat pesma lah,, minimal sekaliber S*M I*PT*K,, semakin banyak pesma maka semakin banyak investasi yang kita bangun buat perbaikan umat ini..

Ana udah janjian dengan teman2 samarinda juga.. Bismillah..
Ican said…
O ya ukh, coba tulisan ant lebih banyak dipublish, sangat bagus2.. terutama buat teman2 LDK2 di Indonesia..
Immash said…
ya, disesuaikan berarti sama yang biasanya ada di punggung jaket warna coklat, "Harapan Umat". semoga BISA!