Yes, I’m Proud to be Muslimah (4)



Akhirnya, forum mentoring saya tutup tanpa membuka selembarpun buku panduan mentoring yang sudah dipersiapkan materinya. Karena waktu itu sebenarnya ingin mengetahui kondisi satu-persatu mente, maka saya beri waktu untuk mengambil hikmah dari sepekan yang telah berlalu dari pertemuan sebelumnya. Dan apa yang saya temukan? Kebanyakan mambahas mengenai banyaknya tugas yang harus dikerjakan, dan itupun secara berkelompok. Sampai mengharuskan mereka untuk pulang larut malam. Ya, bukan malam lagi. Tapi terlalu malam untuk perempuan tentunya. Jadi mengingat diri sendiri saat mindset mahasiswa masih keliru di dalam otak. “Mahasiswa mah biasa pulang malam”, “Keren lah pokoknya bisa mengatur waktu kita sendiri”, dll. Pikiran-pikiran yang saya bangun sendiri waktu itu. Dan saya sadari bahwa semua pikiran itu bisa terpatahkan beberapa tahun kemudian. Terutama perihal yang mengatakan bahwa mahasiswa harus pulang malam untuk mengerjakan tugasnya.

Dan inilah yang masih dialami mente saya. pulang malam karena mengerjakan tugas kelompok. Hal yang sempat membuat saya bertanya kepada diri saya sendiri, “kemane aje hoi??”. Ya, saya awali dengan menceritakan bagaimana biasanya saya bisa “terbebas” dari pulang malam. Awalnya, pasti banyak yang mempertanyakan, kenapa harus pulang cepat, dll, dalih saya adalah, “kalo pulang lebih dari jam 21.00 motor saya berubah jadi labu!” (serasa cinderella yang harus pulang jam 24.00 karena kereta kudanya akan berubah jadi labu lagi). Tapi lama-kelamaan mereka menerima. Maka kebanyakan teman kelompok saya perempuan, kalo nyari aman. Jadi bisa ngerjain di kos/kontrakan sambil nginep sekalian. Yang lebih penting lagi adalah waktu kelompok yang efektif, jangan sampai janjian jam 19.00 datengnya jam 20.30. Buyarrrrlah sudah...

Mungkin pemikiran-pemikiran tentang mahasiswa ini, apalagi kampus teknik, harus maskulin deh tuh muslimah-muslimahnya juga. Bisa jadi pemikiran-pemikiran tersebut muncul karena ada isu persamaan gender yang mungkin mulai akrab atau sudah lama akrab ditelinga kita. Seperti rancangan undang-undang kesetaraan gender yang mulai digodok berikut ini:

“Kesetaraan Gender adalah kondisi dan posisi yang menggambarkan kemitraan yang selaras, serasi, dan seimbang antara perempuan dan laki-laki dalam akses, partisipasi, kontrol dalam proses pembangunan, dan penikmatan manfaat yang sama dan adil di semua bidang kehidupan”(Ps. 1 RUU Kesetaraan Gender)

Secara sekilas, memang kita tidak akan melihat keganjilan atau sesuatu yang aneh dalam RUU Kesetaraan Gender, tetapi saya baru menemukan keganjilan saat membaca naskah akademik RUU tersebut, terutama pada saat membaca asas-asas yang di pergunakan dalam membuat RUU Kesetaraan Gender pada halaman 23, yang salah satunya adalah CEDAW (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women).

Karena di dalam CEDAW, pada pasal 11 ayat (1) poin b menyebutkan bahwa:
“Negara-negara peserta akan mengambil segala tindakan yang pantas untuk menghapus diskriminasi terhadap kaum wanita di bidang pekerjaan guna menjamin, atas dasar persamaan kaum pria dan wanita, hak yang sama, khususnya: (b) Hak untuk memperoleh kesempatan-kesempatan kerja yang sama, termasuk penerapan kriteria seleksi yang samadalam masalah pekerjaan”.

Yang berarti dalam pasal tersebut, apabila wanita masuk dalam akademi/sekolah militer, dia juga harus menjalani tes fisik yang sama seperti yang diberlakukan kepada kader pria.
Sedangkan, di Inggris saja, saat pemerintahnya memberlakukan “Gender Free Aproach” pada tahun 1997 dalam merekrut tentaranya dan memberlakukan ujian fisik yang sama kepada kader pria dan wanita maka yang terjadi adalah tingkat cedera yang tinggi di kalangan kader wanita. (hidayatullah.com-Jangan Paksakan Kami Untuk Setara!)

Ada juga yang berpikiran mengenai ketidakadilan bagi kaum perempuan dalam hadist maupun ayat al qur’an. Padahal semua yang ada pada hadist maupun ayat al qur’an sudah tidak bisa diragukan lagi kebenarannya. Karena diturunkan langsung oleh Allah dan diajarkan oleh Rasulullah SAW. Semua kembali pada fitrahnya masing-masing.

“...laki-laki dan perempuan memiliki kapasitas akal yang diberikan Allah kepada mereka secara sepadan, akan tetapi ketika berhadapan dengan masalah atau realitas tertentu dalam kehidupan, respon akal laki-laki bisa jadi lebih kuat daripada respon akal perempuan secara umum. Hal ini menandakan adanya kekurangan dari segi pemanfaatan akal, bukan dari segi potensinya. Jadi makna ini lebih pada masalah psikologis. Sebagaimana kaum laki-laki memiliki kapasitas perasaan hati yang sepadan dengan perempuan, akan tetapi berbeda dalam pemanfaatan. Tatkala berhadapan dengan masalah atau suatu peristiwa dalam kehidupan, maka respon perasaan perempuan lebih kuat daripada respon perasaan rata-rata laki-laki. Ini juga menandakan adanya perbedaan dari segi pemanfaatan, bukan dari segi potensi.”(hidayatullah.com-“Obat Hati” Kaum Feminis)

Ada yang lebih bisa mengelola “kelogisannya” dan ada yang lebih bisa mengelola “perasaannya”. Semua sudah pada fitrohnya masing-masing. Pun ketika kenapa perempuan memiliki jam malam sedangkan laki-laki bisa dibilang tidak dibatasi jam malam. Karena sebagai perempuan, kita harus bisa melindungi diri sendiri dari berbagai fitnah yang mungkin menghampiri kita. Terutama keamanan. Karena kalau malam, ikan bobo’. Bukan ya? Karena kalau malam, banyak hal yang mungkin bisa terjadi daripada di siang hari yang masih terang benderang dan ramai dengan lalu lalang orang. Yang paling utama tentu “izzah” kita sebagai muslimah, gimana coba kata tetangga kanan-kiri kalau kita sering pulang malam?

Pada intinya, yuk sama-sama cari kenapa kita harus bangga menjadi muslimah, dan apa saja yang harus dilakukan untuk menunjukkan kebanggaan kita sebagai muslimah. Bahkan dalam salah satu hadist dijelaskan tentang kedudukan seorang ibu yang diulang sampai tiga kali oleh Rasulullah:

Dalam sebuah riwayatkan dijelaskan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya, ”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang berhak aku hormati?” Rasulullah menjawab, ”Ibumu.” Jawaban itu diulang hingga tiga kali. Baru berikutnya Rasulullah SAW menyebut bapak sebagai orang yang harus dihormati (Shahih al-Bukhari kitab al-adab bab man ahaqqun-nas bi husnis-shuhbah no. 5971; Shahih Muslim kitab al-birr was-shilah wal-adab bab birril-walidain wa annahuma ahaqqu bihi no. 6664).

Girls, apalagi yang membuat anda ragu untuk bangga menjadi seorang muslimah? Shout! Yes, I’m proud to be muslimah! [imm]

Comments

Nuris said…
Gambarnya lucu. Mirip warna kacamata seseorang:D
Immash said…
sengaja diedit ukh. soalnya krudungnya kuning!

*mengertikah maksud ane? :)