Yes, I’m Proud to be Muslimah (5)



Dua pekan sebelum semester tujuh berakhir. Tandanya? UAS. Benar. Final project. Benar. Liburan makin dekat. Benar. Apa yang istimewa? Biasanya saya hanya akan menghadapi liburan atau kalau semester lima lalu persiapan kerja praktek. Tapi kini, di penghujung semester tujuh, sedikit berbeda dengan semester ganjil lainnya. Tugas akhir. Yak, benar sekali. Tapi lebih dari itu semua, status mahasiswa S1 yang akan segera gugur . Amin.

Selesaikah kalau gelar mahasiswa S1 akan gugur? Kali ini berbeda dengan saat sekolah dulu, saat kelas 6 SD, 3 SMP, maupun 3 SMA. Sudah mafhum barangkali ketika untuk naik tingkat akan menghadapi hal yang lebih “seru”(kalau nggak mau bilang berat) dari tingkat sebelumnya. Muncullah kata-kata pasca kampus. Mau ngapain habis lulus? Pertanyaan yang mungkin beberapa tahun lalu bahkan beberapa bulan lalu masih saya jawab dengan mantap, bekerja di sebuah perusahaan di luar pulau jawa. Kenapa? Titah orangtua yang paling besar, selain itu sejujurnya saya ingin mencari sebuah mimpi yang tidak terwujud karena tidak diizinkan orangtua.

Tapi, suatu sore di serambi manarul, salah seorang kawan saya bertanya, “perempuan itu tempat paling baiknya di rumah bukan?”. “hmm.. iya” jawab saya. “tapi kalau di luar rumah memang dibutuhkan dan berguna bagi orang banyak kayaknya boleh ” jawab saya. “ooo gitu ya, tadi soalnya di QS Al Ahzab tapi lupa ayatnya disebutkan bahwa tempat terbaik bagi seorang muslimah itu ya di rumah” itulah penjelasan dari kawan saya tadi. “mmmm...” saya mencoba mengingat dan berpikir. Sudah pernah sih baca hukumnya wanita bekerja diluar rumah, tapi karena ingatan yang terbatas maka saya hanya bisa diam dan berharap menemukan jawaban.

Hendaklah kalian (para istri) tetap di rumah kalian.....” (QS. Al-Ahzab:33).

Sebuah ayat Al-Qur’an yang tidak bisa ditafsirkan begitu saja. Banyak hal yang harus dikaji tentunya. Berikut adalah tafsir dari Ibnu Katsir. “Maksudnya, hendaklah kalian (para istri) menetapi rumah kalian, dan janganlah keluar kecuali ada kebutuhan. Termasuk diantara kebutuhan yang syar’i adalah keluar rumah untuk shalat di masjid dengan memenuhi syarat-syaratnya” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/409).

Mungkin ada beberapa orang yang mengartikan hal tersebut sebagai “pengekangan” bagi muslimah. Namun karena Islam merupakan agama yang sempurna, sudah semestinya kita apalagi bagi seorang muslimah mengartikan hal tersebut sebagai suatu hal yang bermanfaat bagi diri kita sendiri. Bukan sebagai bentuk “pemenjaraan diri”. Pada dasarnya seorang muslimah bukannya tidak boleh keluar sama sekali ataupun tidak diizinkan bekerja, namun memang peran utama seorang muslimah adalah di rumah.

Dalam Fatwa-fatwa Kontemporer Dr. Yusuf Qardhawi menjelaskan :

Hanya saja tugas wanita yang pertama dan utama yang tidak diperselisihkan lagi ialah mendidik generasi-generasi baru. Mereka memang disiapkan oleh Allah untuk tugas itu, baik secara fisik maupun mental, dan tugas yang agung ini tidak boleh dilupakan atau diabaikan oleh faktor material dan kultural apa pun. Sebab, tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan peran kaum wanita dalam tugas besarnya ini, yang padanyalah bergantungnya masa depan umat, dan dengannya pula terwujud kekayaan yang paling besar, yaitu kekayaan yang berupa manusia (sumber daya manusia).

Masih dari Fatwa-fatwa Kontemporer Dr.Yusuf Qardhawi, berikut beberapa hal yang wajib diperhatikan muslimah yang bekerja atau berada di luar rumah:

1. Hendaklah pekerjaannya itu sendiri disyariatkan. Artinya, pekerjaan itu tidak haram atau bisa mendatangkan sesuatu yang haram

2. Memenuhi adab wanita muslimah ketika keluar rumah, dalam berpakaian, berjalan, berbicara, dan melakukan gerak-gerik

3. Janganlah pekerjaan atau tugasnya itu mengabaikan kewajiban-kewajiban lain yang tidak boleh diabaikan

Kesindir banget untuk saat ini, evaluasi besar-besaran bagi diri sendiri yang beberapa waktu ini “sok sibuk” di luar rumah dan membengkalai beberapa hal di asrama. Kembali ke topik awal, semester delapan akan segera datang, semoga mimpi-mimpi setelah gugurnya status sebagai mahasiswa S1 bisa disusun kembali. Bukan sekedar mengejar pelangi dan mengumpulkan bintang. Semoga bisa memulai hal baru lagi di semester delapan! [imm]

Comments