Kesempatan, Kekuatan, Keikhlasan


“Pak, bangun dong, ntar pulang nonton bola ya, atau tenis deh....” masih ingat salah satu pembicaraan bersama my sleeping daddy (sebenernya my sleeping beauty, tapi sama ibu diingetin, “masak bapak beauty”, jadilah diubah daddy. Di saat2 seperti itu masih saja ada canda diantara kami)di hari-hari terakhir beliau.

Mengerjap, hanya beberapa kali.

“yes, berhasil” batinku dalam hati.

Esoknya, bude memulai sebuah percakapan yang sama sekali belum pernah saya alami sebelumnya, berbicara tentang kerelaan, penderitaan, kekuatan, dan keikhlasan. Mencoba mencerna, dan hanya mengiyakan. Apapun itu, saya akan mencoba dan belajar.

Di hari sabtu malam, saat hanya ada saya dan bapak, saya mencoba berpikir ulang dan mengingat. Apa benar ini ikhlas? Apa benar saya rela? Dan setelah saya ingat-ingat, dalam setiap percakapan bersama my sleeping daddy, tak pernah sedikitpun saya mengungkapkan kerelaan saya dengan kondisi ini. Saya selalu berharap beliau akan terbangun dan pulang ke rumah. Melakukan aktivitas normal seperti biasanya. Apa benar saya ikhlas jika hal terburuk terjadi?

“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”(QS 112:2)

Hanya pada Allahlah kita berharap, dan saya memulai percakapan yang berbeda dengan beliau. Bukan harapan-harapan untuk kembali ke kondisi normal, tetapi persiapan ke tempat terbaik. Maka, saya hanya bisa mengucapkan, maaf.

“Pak, immash minta maaf ya...” belum ada reaksi

“Immash dimaafin pak?” kali ini beliau mengangguk

“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi”(QS 2:284)

Meski tak bisa merespon lebih dari itu, beliau masih mendengar. Sayapun memulai percakapan lain, percakapan yang sama sekali belum saya persiapkan kata-katanya. Hanya mengalir saja, untuk mencoba tidak berharap lebih, mencoba mengerti perjuangan beliau sampai berbagai selang di tempelkan di badan yang semakin kering. Allah...saya sudah mengungkapkannya, rasanya setengah beban yang sebelumnya ada di hati dan pikiran diangkat begitu saja. Allah...apapun itu pasti hanya Engkau yang Maha Mengetahui.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya..”(QS 2:286)

Kini, hanya tersenyum jika melihat anak-anak kecil bersama ayahnya. Mengingat masa kecil bersama beliau. Sekarang, hanya doa dan usaha terbaik yang bisa saya berikan. Semoga menjadi pembelajaran bagi saya. Kesempatan, Kekuatan, Keikhlasan.

Terimakasih atas semua doa dan semangat yang saudara-saudara dan teman-teman berikan, semoga menjadi pengingat bagi kita yang masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk terus memperbaiki diri. Semoga beliau mendapat tempat terbaik di sisiNya. [imm]

Comments

Anonymous said…
Sabar dan ikhlas memang tidak mudah ukh, tapi bisa. Saat kita merasa sudah rela dengan semuanya, ada satu saat dimana jantung kita kembali berdegup dan airmata berlompatan. Yang harus dilakukan saat itu hanyalah berusaha untuk tidak meratapkan sesal. Semoga Allah mengampuni dosa dan melipat gandakan amal baik beliau. Beliau pasti bangga memiliki anak gadis sesholehah anti.
Immash said…
amin Ya Rabb..
syukron nggih ukh.
Bisa..bisa insyaAllah. :)
Anonymous said…
Hanya jeda sebentar mbak immash, di surga nanti semua akan berkumpul kembali :)
Semoga di surga nanti kita bertetangga ya :)
Immash said…
amin Ya Rabb... semoga sudah ada kavlingnya. :)
semangat untuk semua! ^^
Rafika Hasna said…
Kan kita mengimani adanya pertemuan kembali nanti, heheh..smangat mooon :D, InsyaAllah tabungan beliau di dunia berupa anak sholihah bisa menjadi cahaya di sana :. Smile..smile, lovely sunshine!
Immash said…
Oke pikk.. :)
aku masih suka kuning yang ceria kok. ^^
senyumistiqomah said…
immaaasssshhhhhh.......... :)
isti said…
immmaaassssshhhhh :)