Kisah-Kisah Semester Akhir


“Memang kerjaan kalian nanti kompetitif ya” kata Izul, salah satu temanku yang sedang mengambil pendidikan kedokteran di UGM

Dan kami berdua yang sefakultas di ITS hanya bisa tersenyum.

Mungkin berbeda dengan jurusannya yang output kerjanya tidak heterogen, jadinya kami harus lebih kompetitif dengan berbagai bidang ilmu teknologi informasi. Sedangkan dia, setelah kuliah empat tahun di kedokteran masoh harus co ass dua tahun ditambah magang 2 tahun. Lengkaplah pendidikan delapan tahun dengan berbagai hafalan yang harus diimplementasikan.

Obrolanpun berlanjut dengan cerita jojo yang sudah wisuda 104 kemarin, kompetisi untuk mencari pekerjaan. Dan sayapun hanya ber ohh ria saat tau dia diterima kerja di Jakarta. Ya, Jakarta (lagi). Nggak bisa membayangkan kalau nantinya tiba-tiba saya harus kerja atau tinggal di sana. Hehe. Teringat kata-kata paman, “Jakarta itu enak buat nyari duit, tapi bukan untuk dijadikan tempat tinggal. Tinggalnya di Tangerang, Bekasi, dan sekitarnya aja”. Tetap saja, “awang-awangen” kalo suatu saat benar terjadi saya harus tinggal di sana.

***

“Obrolan nya berbeda ya” kata dek ken, saat berada di salah satu forum.

Ya, ceritanya, beberapa akhwat sedang ngobrol dengan gaya kita masing-masing. Dan akhwat yang berkomentar tadi ternyata sedang mengingat-ingat obrolan ibu-ibu yang dia temui beberapa waktu lalu.

Lalu kamipun berpikir, mungkin suatu saat obrolan kami akan berganti topik seperti obrolan ibu-ibu yang diceritakan dek ken. Dan saya ternyata terjebak di pembicaraan ibu-ibu saat beberapa waktu lalu saya sering berkumpul dengan beliau-beliau untuk mempersiapkan makanan, jajan, dll di rumah.

sayapun nyeletuk, “obrolan ibu-ibu itu lucu”

disambut oleh salah satu ibu dengan senyuman, “nanti juga jadi ibu-ibu.”

Dan kamipun tergelak. Hehe

***

Saat menunggu seminar tugas akhir bersama satu dosen pembimbing dan satu dosen penguji di ruangan yang dinginnya minta ampun. Saya hanya bisa menunggu tanpa kepastian untuk kali ini, karena satu dosen penguji I belum kunjung datang. Tiga puluh menit lewat dari waktu yang dijanjikan, empat puluh lima menit lewat dari waktu yang dijanjikan. Belum juga datang. Akhirnya, bu dosen pembimbing mendapat kabar bahwa dosen penguji masih terkena macet. Walhasil seminar proposal saya ditunda untuk waktu yang belum tentu.

Sesampainya di luar ruangan seminar, sambil meringis saya bilang ke teman-teman yang saat itu beberapa sedang mempersiapkan yudisium jurusan.

“rasanya seperti batal melahirkan”hehe, kayak udah pernah melahirkan aja.

Dan akhirnya sayapun hanya bisa tersenyum melihat teman seangkatan sudah bersiap untuk menjalani fase hidup baru mereka setelah 3,5 tahun berada di jurusan yang sama.

Setelah dipending dua kali, siang itu saya seminar proposal. Sempet khawatir tertunda lagi. “Sampai kapan saya menunda kelahiran tugas akhir saya?” batin saya absurd.

Alhamdulillah, dengan beberapa revisi, proposal disetujui. Dan hari rabu kemarin setelah menunjukkan revisian, saya mendapatkan sebuah kartu yang untuk mendapatkannya cukup berliku. Kartu bimbingan tugas akhir.

***

Waktu itu cepat sekali ya, dulu waktu kecil pengen cepet gede. Sekarang waktu udah gede pengen mengulang masa-masa dulu. Repot memang.

Demi masa

Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

(QS Al Ashr 1-3)

Sekarang, lakukan yang terbaik. 105 aku datang..!!

Comments