Ibu


Mom I’m all grown up now
I’ts a brand new day
I’d like to put a smile on your face everyday

Mom I’m all grown up now
And it’s not too late
I’d like to put a smile on your face everyday

You know you are the number one for me
You know you are the number one for me
You know you are the number one for me
Oh oh
Number one for me
(Maher Zain-Number One for Me)
Masih terbayang iklan bebelac yang ada lagu “My First,My Last, My Everything-Barry White”, balita-balita lucu dan ibunya. Mengharukan... (padahal yang dipajang di atas lirik lagunya maher zain, kok yang dibicarain iklan bebelac)
Jadi teringat pembicaraan kami beberapa waktu lalu
“rasanya bapak cuma pergi kemana gitu ya, nggak kerasa”ujar ibu sambil memandang motor bapak
“iya bu, rasanya bapak tugas keluar aja, kan dulu juga sering. Sebentar kok bu” sambil memandang wajah wanita yang telah membesarkan saya.
Di pembicaraan lain
“wah gimana ya ntar kalo udah jadi ibu-ibu? Kita masak sehari aja udah capek. Nggak bayang nanti harus bangun paling pagi, bersih-bersih rumah, nyiapin keperluan anak sekolah, nyiapin keperluan suami berangkat kerja, nyuci, nyetrika.... huwa...” kata salah satu adek sambil piket masak.
“iya dek, keren kan jadi ibu” jawabku
Di pembicaraan lain
“Pripun bu kabaripun?”tanyaku pada salah satu ibu binaan yang lama tidak bertemu
“Nggih ngeteniki mbak, (eh roaming,saya translate kan ya), ya begini mbak, setiap hari bangun pagi-pagi, masak, nganter anak-anak sekolah, mandiin anak yang paling kecil, nganter sekolah lagi, kerja sampai sore”jawab beliau yang memang sedang sakit saat itu
“o, iya bu” sambil membayangkan lelahnya mengurus rumah, anak, sekaligus bekerja
Di pemandangan lain saat ada sebuah kajian besar di suatu tempat terlihat di barisan belakang  ada ummahat dengan “bawaan” masing-masing (baca:bayi plus balita). Meski anak-anaknya pada lari kian kemari, tetep aja baliknya ke ibunya (ya iyalah masak ke ibu yang lain).
Ibu, satu kata penuh makna. Begitulah Allah memuliakan wanita dalam Islam.
 (next episode: semoga bisa membahas tentang kesetaraan gender yang cukup “meresahkan”)

Comments