Passion


Setting : sebuah perumahan di suatu tempat (entah kota, entah pinggiran kota, entah desa) 
Seorang perempuan mengayuh sepeda mini kuning yang ada keranjang di depan dengan anak kecil yang sedang duduk di boncengan sepeda belakang. Seorang anak kecil yang memegang erat pinggang ibunya, khawatir jatuh dari boncengan sang ibu. Sambil menatap jalan yang membentang di depan, ibu itu sudah hafal betul jalan antara rumah dan sekolah Taman Kanak-Kanak anaknya. Hup...sesampainya di depan sekolah, sang ibu menurunkan bocah kecil itu dan merapikan baju, tas, serta sepatu anaknya. Setelah bocah kecil itu mencium tangan dan kening ibunya, disertai salam dan lambaian tangan khas anak kecil, diapun segera masuk dan berbaur dengan teman Taman Kanak-Kanak nya. Dan sang ibu, memperhatikan dari kejauhan sambil bergegas melanjutkan aktivitas berikutnya. Apakah ibu itu berangkat dengan tangan kosong? Ohh, ternyata tidak, ada tas laptop di pundaknya. Di sertai beberapa berkas dan “bekal” di keranjang depan sepeda.
Yak, saatnya mengerjakan amanah yang lain, pikirnya. Siap....jalan lagi! Sambil menggowes sepeda mini kuning berkeranjang di jalan yang tadi telah ia lewati. Hingga sampai di sebuah taman tak jauh dari sekolah TK bocah kecil tadi, alhamdulillah taman itu sudah dilengkapi beberapa colokan listrik dan wi fi. Lengkap sudah perlengkapan hari ini. Perempuan itu mulai membuka laptop dan mengerjakan beberapa “tanggungan” analisis serta dokumentasi software. Setelah bekerja beberapa jam di sana, sekitar jam 10.30 dia mulai berkemas dan menuju Taman Kanak-Kanak lagi. Yak. Melaju lagi bersama sepeda mini kuningnya. .............. 

Sebuah penggambaran yang terbayang sekitar empat tahun lalu. Sebuah kisah yang mengantarkan saya memilih jurusan sistem informasi. *meski ada beberapa bagian yang ditambahkan spesifikasinya. (bingung? Coba dah ditelisik keuntungan kerja di bidang teknologi informasi) 

Beberapa waktu lalu, saat menanti sidang, sempet ngobrol dengan mbak istiqomah tentang kehidupan pasca kampus. Dan berujung pada passion. Ya, passion. Hingga pada kesimpulan, pentingkah passion itu? Hhmmm... pasti di ujung hati (dimana itu ya?) kita punya sebuah kecenderungan, kesenangan melakukan suatu hal, ataupun keinginan untuk menghabiskan usia kita dengan aktivitas ini atau aktivitas itu. Kembali pada sebuah pertanyaan, habis kuliah mau ngapain? Banyak doa yang tersampaikan ketika lebaran ini pastinya. Dan semuanya mengarah pada beberapa hal sebenarnya, tapi yang paling sering terucap adalah tentang satu hal : pekerjaan. Mindset pekerjaan dengan segala rutinitas, kewajiban, dll pun terbangun. Habis kuliah, ya kerja, tapi apakah pekerjaan itu hanya ada di kantor? Apakah pekerjaaan itu hanya mengurusi kertas, administrasi, ataupun keahlian mengandalikan atau membuat mesin-mesin berjalan?

 Kembali berperang dengan pikiran sendiri pastinya, passion? Idealisme atau realitas ? taukah, salah satu alasan saya kerja praktek di Sangatta? Tanah yang baru saya dengar ketika semester 5. Tanpa pengetahuan yang cukup tentunya, berbekal googling, tanya kondisi, CP ikhwah, dan tentunya niat, saya berangkat juga. Kenapa saya tertarik ke sana? Tambang? Pekerjaan? Tak bisa dipungkiri memang, salah satu alasan saya ke sana adalah hal tersebut, tapi ada hal lain yang jauh hari sempat saya sampaikan ke ibu saat mulai merencakan kehidupan pasca kampus. Indonesia mengajar, sebuah aktivitas yang kala itu baru saya dengar juga. Dan saat semester 5 mungkin, saya mengutarakan hal tersebut pada ibu, tapi begitulah... kembali ke mindset pekerjaan. Karena kesempatan itu bisa dibilang tercoret dari salah satu daftar targetan hidup, Allah menggantikannya dengan kesempatan lain, kerja praktek. Ya, saya ingin bertemu dengan anak-anak sangatta. Itu saja. Tapi memang belum diizinkan, sempat bertemu dengan mahasiswa Universitas Mulawarman yang KP sekaligus KKN di Sangatta dan memiliki program masyarakat, tapi sampai saya pulang, belum pernah ikut membantu mereka untuk turun langsung. 

 Apakah itu terhenti? Sempat terhenti sampai akhirnya saya membaca buku “Anak Bangsa di Batas Negeri”- Jejak prajurit beranda Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa (ini pun juga ngambil dari harta gono gini atau ghonimah ya? Setelah acara Tunas Indonesia beberapa waktu lalu yang memang menyisakan beberapa buku, dan dengan cepat saya menyampaikan minta buku untuk asrama. hehe). Passion...masih mencoba meyakinkan diri sendiri. Yang jelas, saya merindukan anak-anak yang dulu hampir setiap hari berseliweran di hadapan saya. 

Kejawan Gebang
Taman Baca-Putat Jaya



matahari-Balai RW gebang


medokan :)

kelompok anak muslim-gebang roda
Untuk adek-adek taman baca-putat jaya, “permata dalam lumpur”, saya yakin kalian bisa menjadi permata untuk Indonesia. 

Untuk adek-adek matahari-balai RW gebang, apa kabar? Masih pada suka mainan HP waktu les?. 

Untuk adek-adek “Kelompok Anak Muslim”-SD mabadi’ul ulum gebang roda, masih ceria dan suka bikin puisi?. 

Untuk adek-adek kejawan gebang, “Pulau Jawa Timur”, semoga nggak ada lagi yang bilang pulau jawa timur, tapi propinsi jawa timur ya.

Untuk adek-adek medokan semampir, bertahan dalam “pendekatan pondok kasih”, semoga dikuatkan imannya. 

Untuk adek-adek sekitar asrama, ayok mulai main ke asrama habis lebaran.

Passion: I decided long ago never to live in anyone’s shadow (Rene Soehardono) 
passion is the energy that comes from bringing more of you into what you do

Saya ikut senaaaaangggg sekali dengan orang atau teman yang dengan “bahagia” menjalani rutinitasnya. Dengan kebermanfaatan dan syukur menghasilkan senyum bahagia bagi orang lain. Semoga. 

 “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS Ar-Rahman:13)

Comments