SH=Setia Hati?


Adegan ini terjadi saat mau menyebrangi jalan yang lumayan gede di madiun. Tepatnya mau pulang ke rumah bersama ibu dari acara di rumah mbah semalem.
                                                                  ===========
Saat mau nyebrang...

“Kok rame2?”

Dan terlihatlah barisan super panjang pengendara sepeda motor dengan baju-baju hitam dan mayoritas tanpa menggunakan helm. Ada yang sibuk dengan kamera perekamnya, ada yang dengan bangganya melambai-lambaikan tangannya, ada yang berwajah sumringah, dan ada yang berwajah suram. Hehe. Entahlah.

“trus gw harus bilang wow gitu?”kataku pada ibu. Karena ternyata setelah beberapa menit kita nggak bisa nyebrang, masih panjang nian barisan dengan orang-orang yang bergaya mirip sampai beberapa kilometer di belakang. Jadilah kami yang mau menyebrang mengurungkan niat karena sudah banyak kabar yang tidak sedap terkait “orang-orang tersebut”.

Emang siapa sih orang-orang ini?

Yang tinggal di madiun dan sekitarnya pasti sudah mafhum dengan kondisi tersebut. Hampir dipastikan saat malam tahun baru hijriah atau di daerah ini dikenal dengan nama “malam satu suro” selalu diikuti oleh keramaian dari beberapa pihak. Dan salah satunya adalah yang saya temui tadi pagi. Dari saya kecil mungkin, sudah diperingatkan kalau ada waktu-waktu tertentu yang bagi kami harus hati-hati ketika keluar ke kota atau ke pinggiran kota. Karena para “pendekar” sedang berkeliaran. Ada yang sudah paham maksud saya?

Ya, yang saya maksud di atas adalah teman-teman dari PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate). Ternyata bener-bener heboh penjagaannya, bahkan mungkin lebih heboh dari kedatangan presiden RI atau saat tamau-tamu kenegaraan yang lewat di daerah kami. Hampir di setiap sudut kota ada polisi yang berjaga, bahkan kata ibu, tidak hanya kepolisian Madiun yang dibuat heboh, tapi juga kepolisian luar kota ikut diturunkan. Untuk apa? untuk mengamankan konvoi “para pendekar” dan masyarakat tentunya. Karena dari dulu sebenernya sudah cukup familiar dengan dua perguruan silat yang cukup ternama di Madiun, yaitu Persaudaraan Setia Hati Terate dan Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo, namun ternyata banyak hal yang tidak saya pahami.

Mulai dari beberapa tindak anarkis yang dilakukan, perpecahan dua persaudaraan yang dulu konon hanya ada satu namun akhirnya terpecah, ketidak tertiban dalam berlalu lintas, menimbulkan keresahan pada masyarakat, dll. Kenapa semua harus hal negatif? Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate ikut mendidik manusia yang berbudi luhur tahu benar dan salah serta ikut Memayu Hayuning Bawono juga mengajarkan bela diri pencak silat dimana didalamnya terkandung unsur-unsur olah raga, dan seni bela diri serta merupakan seni budaya bangsa Indonesia yang perlu di kembangkan dan dilestarikan.” (Dasar dan Tujuan PSHT-http://www.shterate.com/tujuan-persaudaraan-setia-hati-terate/)

Ya, terlepas dari semua berita anarkis yang lebih sering saya dengar daripada berita positifnya, saya juga punya beberapa teman yang ikut PSHT, tetapi tidak ikutan konvoi atau melakukan tindak anarkis. Bahkan di SMA saya dulu ada ekskul silat juga bersama teman-teman PSHT. Dan tidak ada pengrusakan ataupun tindakan kurang baik yang dilakukan oleh teman-teman yang bergabung dalam PSHT terhadap sekolah. Saya tidak ingin menyuarakan keberpihakan saya terhadap salah satu persaudaraan silat, karena memang yang lebih sering saya dengar adalah persaudaraan silat tersebut. Ataupun saya tidak ingin menambah image “buruk” terhadap persaudaraan silat yang ada di kota saya. Karena ketika saya menyebut “Madiun” sebagai kota asal saya, tidak sedikit yang langsung mengenali “sikap kurang baik” dari kedua persaudaraan silat tersebut. Ya, saya hanya mengungkapkan “keresahan” sebagai seorang warga Madiun yang sepertinya sudah “dihantui” oleh rasa was-was saat teman-teman melakukan konvoi, apalagi dengan tidak taat terhadap lalu-lintas. Dan mungkin juga orang tua dari anak-anaknya yang sedang berada di luar rumah saat teman-teman melakukan konvoi(pengalaman saat masih di bangku sekolah, dilarang keluar rumah karena ada konvoi dari persaudaraan silat yang dikhawatirkan akan menimbulkan tindakan kurang baik). Mungkin juga orang tua teman-teman yang khawatir karena anak-anaknya ada yang tidak memakai helm ketika berkendara di jalan raya atau tidak menaati peraturan lalu-lintas yang bisa saja mengakibatkan kerugian bagi teman-teman sendiri.

Ya, semua kembali pada niat, untuk apa kita masuk ke dalam persaudaraan silat? Apakah hanya untuk mendapatkan jurus silat yang digunakan tidak pada tempatnya ataukah untuk mendapatkan kebermanfaatan dalam hidup kita?

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (Hadist Arba’in 1)

Comments

Admin said…
Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Rasulullah saw. bersabda
المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف
Artinya: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah”.(HR.Muslim)

:)