Outbond Etos Surabaya 2013


Perlengkapan yang harus di bawa di outbond adalah slayer, tas ransel, bla..bla... (sehari sebelum keberangkatan, beberapa perlengkapan yang harus dibawa outbond disebutkan di asrama masing-masing). Ya, akhirnya setelah tahun lalu berlalu tanpa outbond atau rihlah etoser, alhamdulillah bisa terlaksana di bulan Februari 2013.



Keberangkatan di awali dengan keributan di pagi hari. Seperti biasa, “aksi emak-emak” mengawali kicauan pagi dengan mengingatkan mandi, berkemas, dll. Dan hal yang cukup mengecewakan adalah yang direncanakan berangkat pukul 06.00 WIB jadi molor sampai jam 07.00 lebih dari kawasan keputih.

Masih naik kendaraan yang sama dengan outbond kemarin, truk TNI yang di dalamnya hanya terdapat dua tempat duduk memanjang yang menempel di sisi kanan-kirinya. Begitu naik, keributan lain dimulai, memasang hijab. Mungkin terlihat aneh bagi orang yang melihat dari luar. Hehe. Tapi kami merasa, kami membutuhkannya, apalagi satu jam perjalanan yang harus kami tempuh dengan berbagai macam kondisi yang bisa saja terjadi.

Setelah melakukan aksi penjemputan pasukan akhwat asrama perintis, lengkap sudah anggota yang akan pergi ke Pacet kali ini. Setelah sekitar dua jam perjalanan, mulai terasa 'hawa' yang berbeda dari Surabaya. Yang tadinya hangat bahkan panas berubah menjadi sejuk dan dingin. Ini menandakan perjalanan kami akan segera berakhir. Dan sesampainya di villa Nabila yang dekat dengan wisata air panas Pacet, kami sudah disambut dengan rombongan trainer yang telah beberapa lama menunggu di sana. Mulai persiapan, dan yak, kita mulai beraksi.

Bukan hal yang biasa menurut saya, dengan segala hal yang mungkin terkorbankan. Waktu, tenaga, pikiran, uang, dll. Hingga kami bisa berada di sana. Kalau mengingat usulan outbond inipun lumayan tertatih dalam pelaksanaannya. Beberapa permainan sempat saya ikuti, sampai akhirnya diputuskan pendamping tidak mengikuti permainan namun menjadi bagian dari permainan. Hoho. Dari berbagai permainan yang seharusnya tidak dimaknai sekedar permainan , human ladder, nampaknya menjadi permainan yang patut untuk diperhatikan. Sampai ketika usai permainan, salah seorang trainer menyampaikan kepada saya  beberapa hal terkait evaluasi kepada peserta. Dan di permainan human ladder ini lah peserta seharusnya  terlihat 'saling menanggung beban' , bukan sebaliknya. Hmm...

Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan....

Selepas beberapa permainan yang lumayan menguras energi, malamnya diadakan sesi sharing. Tentang syukur dan saling menghargai. Tentang menerima dan memberi. Tentang berbagi dan saling meringankan. Tentang kisah dan tanya. Tentang agama dan negara.  Tak banyak, namun semoga berarti. Karena outbond, bukanlah tentang permainan, karena sharing bukan sekedar berbagi. Namun memahami makna dan mengeja setiap detik hidup yang sudah selayaknya tanpa keluhan.




Comments

Ikhsan said…
Jika perlu diajak muncak ke gunung, akan banyak esensi yang bisa kita peroleh.. (y)
Immash said…
pengennya begitu, tapi belum memungkinkan untuk kali ini.
alhamdulillah blog ant akhirnya update juga.. (hayo produktif menulis!)
Ican said…
InsyaAllah, tulisan saya kumpulkan dulu..