Wajah Pendidikan

Adek-adek kelas XII MA An Nidhomiyah sedang menuliskan mimpi-mimpinya


“Di sini sekolahnya g pake sepatu” ujar teman saya, Heni, saat kita baru turun dari sepeda motor masing-masing.
“He? Iya ta?” tanyaku dengan nada heran. Karena daerah ini saya kira belum masuk 'pedalaman' banget meskipun untuk mencapainya melewati jalanan yang cukup 'ndesoni'. Alias pedesaan,lengkap dengan bentangan tanah kosong di kanan-kiri jalan, jalanan yang belum teraspal, suara 'nyayian' serangga dan kawan-kawannya.
“Iya, yang penting mereka sekolah” kata teman saya melanjutkan.
“Subhanallah...” beberapa anak SD melewati kami dan memang mereka 'bersendal ria'.

Dan benar, di depan mata saya terlihat komplek sekolah yang belum begitu besar untuk ukuran sekolah empat tingkat, RA, MI, MTS, dan MA. Lalu kami menuju ruang penerimaan tamu untuk menunggu guru dan kepala sekolah MA. Mulailah obrolan kami dengan beberapa kondisi sekolah yang bernaung pada yayasan An Nidhomiyah Bangkalan. Sebentar, sepertinya saya lupa kenapa saya bisa ikut-ikutan ke sekolah tersebut?

Begini ceritanya, sekarang untuk melanjutkan kuliah memiliki proses yang cukup rumit. Teknologi Informasi, sebuah terobosan yang tiada henti. Termasuk sistem pendaftaran ke perguruan tinggi yang semakin menggunakan TI sebagai penopang utamanya. Sedikit bercerita tentang ujian masuk perguruan tinggi tahun ini, ada dua jalur yang bisa diikuti (selain jalur mandiri yang biasanya diadakan oleh Perguruan Tinggi). Jalur SNMPTN dan SBMPTN. Apa itu ya? SNMPTN = Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi atau tahun lalu disebut sebagai SNMPTN Undangan. Jalur ini mengharuskan sekolah untuk mendaftarkan siswanya secara online. Sedangkan SBMPTN = Seleksi  bersama Masuk Perguruan Tinggi. Jalur ini juga dilakukan secara online, namun dilakukan secara individu oleh masing-masing siswa. Selain dua jalur ini, pemerintah juga membuka beasiswa bidik misi, maka pendaftarannyapun menggunakan sistem online. Mantap gan!

Untuk sekolah atau siswa yang sudah biasa mengakses internet, sistem online ini memudahkan dan lebih efisien secara waktu dan biaya. Namun ternyata, banyak sekolah yang belum siap dengan sistem ini. Apalagi belum adanya sosilasisasi yang cukup untuk masing-masing operator sekolah. Nah, temen saya ini punya sepupu yang sekolah di MA An Nidhomiyah tersebut dan gurunya masih belum bisa mengoperasikan aplikasi online dengan maksimal yang telah dilaunching oleh Diknas beberapa waktu lalu. Jadilah teman saya mencarikan jalan supaya adek-adek SMA bisa mendaftar. Dan saya melihat 'keribetannya'. Maka untuk menyelesaikan masalah tersebut, kami ingin mencari info dan solusi yang tepat untuk sekolah tersebut.

Ternyata, kami diberi waktu untuk menjelaskan tentang SBMPTN dan Beastudi Etos. Jadilah heni beraksi dengan info-info SBMPTNnya. Mulai dari pendaftarannya kapan, alur pendaftaran, dll. Tiba giliran saya, melihat mereka belum 'berani' untuk melanjutkan ke bagku kuliah, maka saya minta mereka dalam 5 menit menghasilakan 10 mimpi mereka. Dan voila, ketika beberapa orang saya minta untuk membacakan mimpi temannya, luar biasa berbagai cita-cita dan keinginan mereka membuat saya optimis, bahwa masih ada harapan untuk mendorong mereka melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Pembelajaran yang luar biasa, baik dari cerita pak kepala sekolah, pak tri, maupun perjumpaan saya dengan adek-adek. Bahwa tidak ada alasan untuk kita tidak melihat lebih luas kondisi masyarakat Indonesia, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mendengar lebih banya dari mereka . Karena selalu ada inspirasi di setiap perjumpaan. 

Comments