Bersyukur..

“Bisa minta tolong dicarikan orang yang benar-benar membutuhkan bantuan untuk menjadi penerima manfaat griya sedekah?”

Mungkin begitu kira-kira sms teman saya beberapa waktu lalu, sempet bingung, kriterianya seperti apa, nyarinya dimana, milihnya gimana, dan giman-gimana lainnya... Tapi pada akhirnya, “Ya, saya coba”.

Dan pencarianpun dimulai, sebenernya susah-susah gampang mencari informasi tersebut, setiap saya ketemu teman, saya menanyakan, adakah orang di sekelilingnya  yang masuk kriteria ‘urgently helped’. Selain saat bertemu, saya mencoba meng-sms, men-chat rekan-rekan sekalian yang mungkin memiliki informasi. Dan beberapa rekomendasi mengalir. Sampai saya kemudian mencoba untuk mendalami lagi orang-orang tersebut dan mengajukan ke teman saya yang akan menyalurkan bantuan berupa dana.

Ya Allah, benar-benar ‘bukan orang biasa’ penerima manfaat dari griya sedekah ini. Mulai dari mahasiswa yang tekun untuk mencari tambahan modal berdagang disamping tugas akhir dan kegiatan lainnya disertai himpitan dana yang luar biasa, istilahnya makan dan tidurpun belum terjamin. Ada yang seorang janda yang pekerjaannya hanya ‘jika dibutuhkan’ tetangga untuk membantu ini itu di pelosok trenggalek. Ada pula yang terkena virus langka yang konon menyerang syaraf sehingga mengganggu fungsi tubuh.
Sampai beberapa hari lalu ada dana yang minta untuk disalurkan kembali, dan sayapun seperti biasa mencari ke teman-teman yang mungkin memiliki informasi.  Ada salah satu teman yang menginfokan tentang seorang santri di pondok tempat beliau mengajar yang ‘urgently helped’. Dan sebenarnya tidak hanya satu orang, namun kali ini yang disalurkan baru ada 1 bantuan, jadilah harus dipilih. Seorang santri tersebut konon punya tanggungan biaya yang harus dibayarkan ke pihak pesantren  sekitar beberapa juta yang merupakan biaya hidup di asrama, biaya sekolah, dll. Dan lebih lengkap lagi, kakak dari santri tersebut ternyata juga punya   tanggungan biaya yang harus dibayarkan ke pesantren dengan nominal yang tak kalah besar, dan sebenarnya dia sudah lulus dari tahun lalu, namun sampai sekarang belum bisa membayar biaya tersebut.

Keterbatasan ekonomi keluarga yang membuat dua santri kakak beradik tersebut memiliki tanggungan biaya. Tapi akankah itu hanya tanggung jawab kedua orang tua santri? Ataukah tanggung jawab pesantren yang telah susah payah menyelenggarakan pendidikan dan mau mengusahakan pencarian dana lain sehingga santrinya yang belum bisa membayar tanggungan biaya tetap bisa sekolah bahkan bisa lulus? Ataukah tanggung jawab siapa? Baik, jangan mengutuki kegelapan, tapi segera nyalakan lilin atau mungkin lampu peromaks untuk memperbaiki keadaaan.

Di saat lain, di dimensi yang sama namun dengan ruang yang berbeda, ada yang ‘kurang bersyukur’ dengan segala yang telah dimilikinya, tempat tinggal, uang saku, biaya kuliah, dll. coba sekali waktu mereka bisa memaknai syukur. Bahwa syukur tidak hanya diucapkan saja, tapi butuh dibuktikan dengan amalan-amalan, kutipan beberapa lalu:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.“ (QS. 2:172)

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS. 14:7)

#Allah memberikan hikmah di setiap kesempatan, dan berkali-kali pula Allah menunjukkan segala hal yang membuat saya memaknai, bahwa syukur itu sangat susah dirasakan ketika kita menganggap segala hal yang diberikan oleh Allah hanyalah 'sesuatu yang biasa' dan kebanyakan kita hanya terfokus pada hal-hal yang kurang saja tanpa menghitung berapa nikmat yang telah diberikan oleh Allah disepanjang hidup kita.

-Sederhana,Mari Bersyukur-


Selain itu ada hal yang menjadi tanggung jawab kita bersama, yang bisa menyelesaikan permasalahan umat ketika kesadaran dan pengelolaannya baik, Zakat. Mengutip di web personal pak Ahmad Juwaini:
Zakat adalah salah satu fondasi tegaknya masyarakat Islam, baik dulu, kini dan pada masa yang akan datang.  Tidak akan sempurna kehidupan umat Islam, tanpa ada pengelolaan zakat yang baik di dalamnya.  Manakala terdapat sekelompok umat Islam hidup dalam suatu  wilayah, maka salah satu penentu kualitas umat Islam di wilayah tersebut adalah bagaimana kualitas pengelolaan zakat pada masyarakat Islam tersebut.
Siapa saja yang merindukan kembalinya kegemilangan Islam, maka itu berarti merindukan kembalinya pengelolaan zakat yang baik hadir di muka bumi ini. Sejarah telah menunjukkan bahwa di setiap kurun zaman kejayaan Islam, maka tegaknya peradaban Islam, salah satunya juga ditopang oleh tegaknya kualitas pengelolaan zakat. Baitul Mal sebagai salah satu elemen penting pengelolaan dana pada masa kejayaan Islam, juga merupakan institusi pengelolaan zakat umat Islam.


Comments