Fiksi

Dari pertama kali saya punya dan baca buku pasti nggak jauh-jauh dari cerita fiksi. Buku-buku yang menemani masa SD (selain buku pelajaran maksudnya ) ada Lupus, Lulu, Serial Keluarga Hantu (masih karangannya Hilman dan Boim), Goosebumps, dkk. Beranjak SMP mulai baca novel terjemahan (tanpa meninggalkan Lupus tentunya, hehe) mulai dari Princess Diary, Harry Potter, dan beberapa novel terjemahan yang nggak bisa saya sebutin satu per satu, ditambah lagi komik dengan genre detektif (Conan, Detective Kindaichi, Dan Detective School), misteri (Monster, 21th Century Boys), dan komedi (Slam Dunk, Miiko, Ninja Rantaro) dkk. SMA nggak jauh bedalah sama zaman SMP, paling ditambah majalah-majalah remaja macam Gadis, Kawanku. Sebagian besar yang saya baca cerita fiksi semua ternyata. Baru kuliah ini mulai baca-baca non fiksi, hehe. Tapi tetep ngikutin yang fiksi juga macam Trilogi Lima Menara, Cerpen-cerpen Asma Nadia, Pipit Senja, Laskar Pelangi, dkk. 

Lalu? kenapa saya tiba-tiba bikin tulisan ini? Karena sejujurnya, saya pengen sekali bisa nulis cerita fiksi. Coba cek (kalau mau) di blog saya ini isinya non fiksi semua, kecuali satu cerpen yang belum terselesaikan. Nah, saya jadi mikir, kapan saya latihan nulis fiksi? mungkin sekarang saatnya....  :)
Bukan novel, tapi cerbung lebih tepatnya... ayok, belajar bikin plot cerita, bikin karakter, bikin deskripsi. 

#Tiba-tiba? tidak, karena ngiri dan mupeng baca buku plus nonton talk show buku-buku fiksi yang bisa menginspirasi dan mengubah. edisicarilahanbaru

Comments