KRL, Jalan Kaki, Angkot

Bogor, salah satu target tempat berkunjung waktu jadi mahasiswa lalu. Rencananya ni, mau main ke temen-temen SMA yang udah pada pisah kuliahnya. Nah, salah satu teman saya kuliah di IPB. Tapi memang belum waktunya kali ya, waktu seharusnya saya ikut Puskom Days di IPB, ternyata ada agenda akademik yang tidak bisa ditinggalkan. Jadilah, saya belum sempet mampir ke Bogor. Saat rakernas Beastudi Etos, udah seneng aja ngiranya bakalan di Bogor, tapi ternyata rakernasnya di Lembang. Okelah, nggak jadi lagi ke Bogornya.

Beberapa hari belakangan ini bener-bener butuh keputusan yang cepat dan tepat dalam beberapa hal. Termasuk keputusan untuk dateng di agenda Dua Dekade Beastudi Dompet Dhuafa. Secara, saya bukan pendamping Beastudi Etos lagi, jadi nggak wajib dateng juga. Tapi setelah melihat latihan etoser 2012, tiba-tiba keputusan harus segera diambil. Berangkat..nggak, berangkat .. nggak.. dan akhirnya.. tanya-tanya harga tiketlah ke temen. Dan berangkatlah saya dan mbak ika pada jum’at malam. Nginep dulu di rumah bude di daerah komplek kehakiman Tangerang, baru lanjut perjalanan ke Bogor dengan ber-KRL ria.

Enaknya KRL, anti macet, cepat, dan tempatnya lega. Tapi ternyata KRL punya sistem baru ni, sekitar tiga tahun lalu saya naik KRL masih menggunakan tiket sederhana yang diprint langsung. Dan sekarang ada tiket harian berjaminan, berbentuk kartu. Dengan sistem deposit. Ini artinya, setiap mau pergi ke suatu tempat, kita menggunakan kartu tersebut untuk bisa masuk ke stasiun. Jadilah kini beberapa penjaga plus pintu masuk dan keluar di setiap stasiun. Nah, deposit ini digunakan sebagai jaminan pengembalian kartu. Jadi misal dari Bogor ke Jakarta ongkosnya 5000, kita harus bayar 10000. 5000 sebagai biaya perjalanan dan 5000 sebagai desposit kartu. Kartu ini bisa diuangkan dengan menukarkannya di stasiun tujuan.

Tiket harian berlangganan



Sekalian biar nggak lupa, saya tulis rute perjalanan dari Tangerang ke Ciawi (PPMKP)
  1. Dianter ke stasiun Ceper, Tangerang
  2. Dari stasiun ceper, beli tiket tujuan bogor. Harga: 5500+deposit: 5000
  3. Naik KRL yang bisa ke stasiun Duri
  4. Dari stasiun duri, lanjut naik KRL menuju Bogor
  5. Nyampe dah di stasiun Bogor setelah kurang lebih 2 jam perjalanan
  6. Dari stasiun naik angkot 03 dan turun di depan masjid raya bogor. Biaya 2500
  7. Dari masjid raya bogor naik angkot 01 sampai pemberhentian terakhir. Biaya 3000
  8. Dari pemberhentian trakir angkot 01 lanjut angkot jurusan Cisarua dan berhenti tepat di depan pintu gerbang PPMKP. Biaya nggak tau, karena dibayarin ibu-ibu baik hati yang rumahnya juga dekat dengan PPMKP
Sampailah saya di penginapan dua dekade. Setelah bingung dengan status saya di sana sebagai apa, kebetulan ada satu pendamping dari daerah lain yang juga masih mencari-cari tempat registrasi dan kamar. Ikutlah saya bersama mbak Nela dari Semarang. Dan pada akhirnya, saya nebeng naruh tas di kamar mbak Nela.

Benar kata mbak Uswah, meski para pendamping biasanya hanya bertemu sekali atau dua kali dalam setahun, namun ada hal yang selalu dirindukan, ada banyak senyum yang selalu terbayang, dan ada ribuan cerita yang siap untuk didengarkan. Huwaa...bakal merindukan pertemuan dengan pendamping. Dan lanjut dengan shalat dzuhur, makan siang, dan pembahasan keuangan (kenapa saya masih terlibat dalam hal keuangan.. ==”). Karena saya juga sudah berencana sebelumnya untuk mengunjungi mbak mari chan dan karena hari ahadnya juga janji bertemu dengan mon-mon yang ada di Barat, jadilah saya langsung cabut sore harinya dengan perkiraan esok siangnya bakal segera balik ke Ciawi.

Pemandangan di belakang Masjid Raya Bogor
Sore itu, saya rencananya bakalan ketemu dengan mbak marii chan di masjid raya bogor. Dan karena mbak marii terjebak macet, jadilah saya menunggu maghrib di dalam masjid. Karena sebelumnya cukup lama saya ‘nongkrong’ di depan masjid yang cukup ramai dengan pedagang. Dari makanan sampai golokpun ada. Sedikit deskripsi tentang masjid raya bogor, masjidnya tidak terlalu luas, namun cukup memiliki arsitektur yang cantik. Berwarna putih, dengan tempat shalat pria dan wanita yang terpisah oleh tembok, memiliki pelataran yang cukup, pemandangan belakang masjid yang menyejukkan.



Comments

kikils said…
perjalanannya jauh juga ya..