Orang boleh datang dan pergi dalam hidup kita, tetapi sahabat yang
tumbuh dan saling menumbuhkan selalu datang bukan saja saat kita senang, tapi
juga di saat ketidakpastian membayangi perjalan hidup kita. Kalo nginget2 pertama kita disatukan sekitar
9 tahun lalu membuat saya berpikir, kalian tidak saja hadir waktu piknik atau
hal2 menyenangkan saja, tapi kalian hadir saat kita semua berproses menjadi
pribadi matang suatu saat nanti. Mungkin banyak ke-alay-an diantara kita, tapi
saya tetap banyak belajar dari cerita2 luar biasa yang sering kalian kisahkan. #hatchiii..tiba2
pilek
Lanjut sesi nidung...
Berangkat jam 5 dari sunter
langsung menuju pom bensin muara angke. Ternyata sudah banyak juga rombongan
yang datang ke sana untuk menyebrang ke pulau-pulau yang ada di kepulauan
seribu. Kapal yang kami gunakan agak kurang nyaman sebenarnya, karena tidak ada
kursi personal untuk masing-masing penumpang dengan jumlah orang yang cukup
buanyak dalam sasantu kapal. Awal-awal masih oke2 aja karena arus gelombang
masih belum begitu gede. Sayapun bersama ke empat temen yang lain masih duduk santai
di bagian depan kapal. Sekitar satu jam, gelombang ternyata bertambah besar dan
saya balik ke bagian belakang kapal bersama ibu dan sepupu. Ternyata, tidak
lama kemudian kapal berhenti diikuti beberapa kapal yang kebetulan ada di
sekitar kapal kami. Karena di belakang, saya hanya berpikir mungkin memang lagi
cuaca buruk dan harus berhenti sebentar. Setelah beberapa lama, kapal jalan
lagi dan gelombang semakin besar. Udah kayak naik kora-kora berjam-jam dan
nggak menemukan tombol stop.
Perjalanan yang harusnya nggak
sampe 3 jam, hari itu kita menempuh perjalanan selama kurang lebih 5 jam.
Lagi-lagi karena saya di bagian dalam kapal yang letaknya di belakang, jadi
nggak tau kehebohan temen-temen yang ada di depan. Setelah sampe di tidung,
barula mereka cerita tentang kehebohan di ruang kemudi alias nahkoda kapal.
Mulai dari kenapa kapal berhenti, beberapa histeria penumpang di depan, cuaca
buruk, rencana-rencana penyelamatan, dll yang saya nggak tau sama sekali.
Pantesan mereka heboh sedang kami yang di belakang santei2 aja.
Alhamdulillah akhirnya bisa
sampai dalam kondisi yang masih lengkap. Bau amis ikan, nuansa garam laut,
cerahnya langit yang luas, birunya air pantai menyambut kami. Tidung, yang
konon dulu bernama lindung. Di depan penginapan kami terlihat pemandangan laut
pas dan langit yang cantik. Di halamannya sudah disiapkan 7 sepeda mini warna
pink. Di dalam ada dua kamar tidur, 1 ruang tamu, 2 kamar mandi. Lumayanlah
dengan harga yang harus kami bayar.
![]() |
Sepeda pink yang menemani kami jalan2 di Tidung |
Tak lama kami bersistirahat,
lanjut buat snorkeling. Ini nih, yang sangat perlu diperhatikan. Bagi yang
belum pernah snorkeling dan tidak bisa berenang, minimal latihan pake snorkel
di dalam air, biar terbiasa aja sih dan nggak rugi pas udah waktunya
snorkeling. Agak nyesel karena nggak pake latihan dulu. Jadilah saya cuma bisa
bentaran aja lihat ke bawah lautnya, selebihnya... berjuang buat kembali ke
kapal, pake acara kram segala. Piko dan nichen udah duluan di kapal, tiga orang
lainnya yang tak lain dan tak bukan adalah anin (sepupu saya), emon, ocha masih
semangat empat lima buat snorkeling.
![]() |
OTW Snorkeling |
Sorean kami balik ke penginapan
lagi dan lanjut ke saung lihat sunset (rencananya). Sampai di sana, ternyata
sunsetnya lagi malu-malu alias nggak kelihatan. Hehe. karena udah maghrib,
balik lagi dan persiapan makan malam. Tidak selesai di makan malam, ada cemilan
ikan dan sate cumi-cumi di penghujung malam. Sambil ngemalem minggu di pinggir
laut, obrolan-obrolan waktu SMP dan SMA emang nggak pernah ada matinya buat
diceritain. Hehe. Karena ada beberapa anggota #ciee anggota# kelas bunga
matahari yang nggak bisa ikutan, diputuskan ada kumpul lagi hari minggu malem
setelah Jojo nyampe dari balikpapan dan rea dari kerja-kerjanya yang bagai kuda
selesai.. #eh.
Ahad pagi yang seharusnya jadi waktu yang pas buat mengintip di sunrise jadi tidak terlaksana karena hujan yang lumayan. Setelah redaan barulah kami jalan menuju jembatan cinta, yang memisahkan antara pulau tidung besar dan tidung kecil. Laut di bawah yang jernih dengan warna biru kehijauan, angin pagi yang sejuk, suara gelombang yang teryabrak jembatan atau karang yang menyenangkan, huwaaaa....apa lagi coba yang bisa saya katakan selain syukur masih bisa diberi kesempatan Allah untuk melihat keindahan ciptaanNya.
![]() |
Sebagian anggota Kelas Bunga Matahari |
Comments