Mengintip Niat



Well, saya hari ini berbeda dengan saya beberapa tahun lalu. Pasti. Hehe. Maka benarlah semakin kita dewasa maka akan semakin banyak hal kompleks yang harus kita putuskan. Ya, putuskan, bukan sekedar ngikut ini atau ngikut itu. Dan hal ini yang terjadi pada saya akhir-akhir ini. Alam seolah meminta saya memutuskan, bukan sekedar menjadi follower atau ngikut arus. Tapi saya harus memutuskan, harus memilih. Dan pilihan-pilihan serta keputusan-keputusan itu bukan sekedar mengubah hidup saya sendiri, bisa jadi sedikit banyak berpengaruh pada kehidupan orang lain, bisa jadi sedikit banyak mengubah sistem yang telah berjalan, dan bisa jadi yang lainnya. Spekulasi yang harus dipertimbangkan matang-matang.

Fase kehidupan, saya menyebutnya demikian. Kali ini mungkin saya dalam fase pasca kampus yang di luar rencana saya. Tahun keempat sesungguhnya saya merencanakan atau membuat pilihan bagi hidup saya sendiri usai menyelesaikan tugas menjadi mahasiswa. Pulang dan bekerja di Madiun, atau bekerja di perusahaan luar kota surabaya. Hingga suatu titik seusai sidang, ada tawaran untuk bekerja di pusat komputer ITS. Well, jiwa saya yang masih belum menemukan pilihan yang tepat ditambah usaha untuk menambah pengalaman akhirnya memilih puskom ITS sebagai pengalaman kerja pasca kampus. Tidak berniat lama di sana sebenarnya, saat bursa karir ITS pun saya sempet apply ke beberapa perusahaan.  Tapi memang belum jalannya untuk keluar dari kawasan kampus ITS membuat saya belum diterima di beberapa perusahaan yang saya aplly di BKI. Selain itu apakah tidak ada usaha untuk menjalani pilihan awal saya? bekerja di madiun atau perusahaan di luar kota Surabaya? Ada di awal-awal, beberapa kali apply di perusahaan luar pulau. Yang jelas saya sangat menhindari yang namanya Jakarta, dan saat nemu Jakarta sebagai penempatan kerjanya, nggak jadi sudah buat lanjut.

Ternyata satu tahun waktu yang cukup bagi saya belajar di puskom ITS. Jiwa-jiwa petualang menginginkan hal-hal yang lebih dinamis #ecieee. Sampai pada suatu titik ada beberapa tawaran pekerjaan yang dapat dilakukan sekaligus. Saya ambillah kesempatan tersebut. Dan kini, saat saya benar-benar merasa harus bersama ibu di madiun, saya rasa ini bukan pilihan yang biasa saja. Bagaimana mungkin sebenarnya saya meninggalkan Surabaya secepat ini? Dengan segala yang seharusnya saya tuntaskan. Dengan segala mimpi yang ingin dibangun di sini bersama mereka yang saya tau memiliiki pengorbanan yang luar biasa bagi ummat, i’ll be missing them.

Tapi, sekali lagi pilihan dan keputusan dalam hidup harus tetap berjalan, harus tetap dilakukan. Yang sedang saya usahakan adalah pelurusan niat, jangan sampai niat saya ini salah untuk membuat keputusan dalam pilihan-pilihan yang tersedia. Jangan sampai Allah tidak membersamai dalam setiap pilihan, itu yang berusaha mati-matian untuk terus saya pegang sekaligus membuat saya khawatir. Semati-matian apakah saya bisa mempertahankannya? Yah, kembali lagi, sekarang saya sedang memperjuangkannya, memperjuangkan pintu gerbang dari amalan-amalan selanjutnya. Niat.


Comments