Semata Wayang


X: Anak pertama?
S: iya
X: oh, masih punya adek?
S: ndak
X: oooo....
Yah.. adegan di atas sepertinya sering terulang dalam hidup saya. Meski mungkin dengan redaksi kalimat yang berbeda-beda saat menanyakan saya anak ke berapa, punya saudara berapa. Dan jarang sekali mengira saya ini nggak punya adek atau nggak punya kakak. Seringnya dikira masih punya adek. Hehe. Begitulah, Allah menakdirkan saya tidak punya kakak atau adek kandung. Keluarga imut saya kala itu tentu ada Bapak, Ibu dan saya. Ketika bapak dipanggil duluan oleh Allah, maka tinggallah dynamic duo, Ibu dan saya. dan lebih heran lagi adalah saya sering juga dikira adeknya ibu, bukan anaknya. Huhuhu. Ini ibu saya yang awet muda atau saya yang sudah....#sensor. Tak apalah, karena beliau memang sangat memiliki banyak peran dalam kehidupan saya. Bisa jadi ibu, ayah, kakak, teman...

Oke, kembali ke topik pembahasan adek dan kakak. Seriiiinggg banget denger temen2 cerita tentang kehidupan adek-kakak mereka. Mulai dari hal-hal yang membahagiakan sampai hal-hal yang biasa terjadi pada adek-kakak, berantem. Kadang suka iri karena mereka punya saudara sekandung, sedarah dari rahim yang sama. Karena pastinya akan ada yang diajak ‘mikir’ keluarga bersama. Hehe. Tapi apakah saya tidak bersyukur karena tidak mempunyai adek ataupun kakak kandung? Mupeng pengen punya adek sempet terjadi waktu dulu-dulu masih sekolah. Hiyaa...sapa yang nggak pengen punya adek bayi yang lucu dan bisa dicubit-cubit..#eh. Tapi seiring berjalannya waktu dan semakin tidak memungkinkan untuk ibu mengandung, hilang sudah harapan punya adek kandung. Hoho

Dan sampai kini mungkin masih banyak yang mengira bahwa enak jadi anak satu-satunya alias anak tunggal.  Pasti apa-apa dituruti, mau ini diiyain, mau itu dibeliin. Tapi agaknya hal tersebut tidak berlaku pada saya.  Terimakasih Allah karena Kau menganugerahkan orangtua yang mendidik hamba untuk mandiri. Yap, menjadi anak tunggal itu tidak berarti dimanja, tapi dimandirikan. Karena orangtua juga tipe yang tidak membatasi anaknya, tidak overprotective dan berusaha mendukung kegiatan yang dilakukan. Jadilah saya dari kecil nggak pernah yang namanya dilarang ini itu secara berlebihan oleh orangtua. Bahkan kadang ada yang suka sering heran, “kamu ini anak tunggal kok boleh ini, itu, blaaa...”. Itulah namanya kepercayaan, karena mereka berdua sudah memberi kepercayaan pada anaknya ini, jadi saya juga harus bisa menjaga kepercayaan tersebut. Dari SD saya juga sudah dilatih punya tabungan di bank juga eniwei. Dan kayaknya waktu SD saya lebih rajin menabung daripada sekarang-sekarang ini. Hehe.


Yah, begitulah sedikit pandangan saya tentang adek-kakak dan pengalaman menjadi anak semata wayang. Bersyukur bagi yang punya adek atau kakak bahkan memiliki keduanya, karena tidak semua orang punya adek atau kakak bahkan tidak memiliki keduanya. Hiks. Bersyukur juga menjadi anak semata wayang, karena ada hal-hal yang tidak dialami oleh mereka yang punya kakak atau adek. Yeiiii..! intinya bersykurlah dan optimalkan segala kondisi. Sekian... :D

Comments