Sky Dining


Ini masih lanjutan cerita perjalanan ke barat beberapa waktu yang lalu, karena baru mau nulis, jadilah nyusul ceritanya. Eman rasanya kalo nggak saya ceritain soalnya, takut lupa atau terlewat hal-hal yang seharusnya dapat diambil hikmah atau pengalamannya bagi diri sendiri maupun orang lain. #Aseeekk.

Setelah kita bertidung ria, sesuai kesepakatan malam sebelumnya, bertemu dengan dua anggota kelas bunga matahari yang tidak hadir di tidung. Jojo dan rea. Setelah perdiskusian yang lumayan sengit #halah, akhirnya diputuskan ketemu di sky dining Plaza Semanggi. Kagak ngerti rupa-rupanya apa, Cuma dibilangin makan di lantai 10 nya plaza semanggi. Dan tralala, setelah istirahat sejenak di sore hari, ba’da maghrib kita meluncur ke lokasi yang ditentukan. Rea udah dari beberapa waktu nunggu di sana ternyata, dengan mbak-mbak temannya. Disusul jojo yang barusan aja nyampe dari soeta bablas check in dan ke tempat kita ketemuan. Ternyata emon peserta yang terakhir dateng kali itu. Katanya abis nolongin orang kecelakaan di deket halte trans jakarta.
Berada di lantai 10 salah satu gedung di ibu kota tidak membuat kita menjadi paling tinggi, karena masih ada puluhan gedung lain di kanan-kirinya yang lebih tinggi. Keramaian di bawah menunjukkan bahwa jantung jakarta yang belum mati, lampu yang berpendar juga masih setia memayungi langit gelap di atasnya.

Well, Jakarta oh Jakarta. Kita sempet kagak nyangka bisa berkumpul di sana. Ada yang dari Surabaya, dari Bandung, dari Balikpapan, dan dari situ-situ aja. Hehe.  Ada hal yang mungkin jarang saya temui di kehidupan sehari-hari di Surabaya, mbak-mbak dengan santainya ngerokok sambil nunggu pesenan makan atau abis makan. Dan itu nggak hanya satu mbak ajal lho, makanya saya tulis mbak-mbak. Dan kata temen2 saya yang tinggal di Jakarta dan biasa melihat mbak-mbak itu ngerokok, emang biasa aja gitu. Di bandung kayak begituan juga udah biasa, di Surabaya juga kali ya, tapi dasar saya yang jarang keluar2 di tempat2 tertentu jadi nggak pernah ketemu sama hal-hal di atas. Padahal wanita kan calon ibu ya, madrasah pertama bagi anak-anaknya, minimal ketika nggak inget buat jaga diri, ingetlah buat jaga generasi penerus kita. Semoga Allah memberikan hidayah ya mbak2.


Mereka tetaplah mereka yang tetap membuat saya tersenyum, mereka tetaplah mereka yang selalu punya mimpi, mereka tetaplah mereka yang optimis meski kadang segala permasalahan mampir mewarnai, mereka yang pada akhirnya saya harus merangkumnya menjadi kami, tetaplah sekumpulan teman yang bisa jadi suatu saat nanti mencapai semua mimpi kami bersama, membuat bangsa lebih baik, melihat dunia dari sisi yang mungkin tidak dilihat orang lain. 

Comments