(Masih di) Rumah Sakit



Masih tentang rumah sakit. Selang beberapa hari saya kembali ke Surabaya setelah bapak meninggal, ada kabar dari ukh dian bahwa adek dari temannya sedang koma di ruang intensif RS Dr.Soetomo Surabaya. Ternyata adek tersebut juga mahasiswa ITS, masih mahasiswa baru kala itu. Sudah beberapa hari tidak sadarkan diri, dan karena penyakitnya yang cukup berat akhirnya harus berada di ruang intensif khusus beserta pasien lain yang memiliki sakit khusus. 

Kami diminta untuk melihat kondisi adek tersebut dan memintakan doa terbaik baginya. Sebelum masuk kami  mengenakan baju steril khusus pengunjung.Setelah itu masuk bersama satu orang kawan, melihat selang yang begitu banyak di tubuhnya sedikit mengingatkan saya dengan kondisi akhir bapak.  Karena semua organ sudah tidak bisa berfungsi dengan baik maka membutuhkan bantuan dari peralatan yang lumayan bejibun. Di sisi ranjang yang lain, kondisi tak jauh berbeda dengan adek tersebut. Rata-rata tidak sadarkan diri dengan berbagai peralatan medis menempel dalam tubuhnya. 

Kesehatan itu tak ternilai harganya, bersyukur sebanyak-banyaknya saat masih diberikan kesehatan dan bersabar saat sakit. 

Masih tentang rumah sakit lagi. Kenapa beberapa waktu lalu saya sempat menuliskan tentang "menyaksikan kembali kesetiaan, kesabaran, dan keikhlasan". Karena disini untuk berkali-kalinya saya melihat ibu merawat bapak dengan luar biasa. Ternyata dan memang menikah bukan saja pada episode bahagianya, tapi kitapun harus bersiap untuk episode-episode sesuai skenario dari Allah. Coba bayangkan, selama beberapa tahun bapak sakit, selama itu pula beliau terus mendampingi. Bukan sekedar kewajiban, tapi kesetiaan, kesabaran, dan keikhlasa yang luar biasa. Sama saat mbah kakung sakit, mbah putri juga setia menemani tanpa pulang sama sekali dari rumah sakit. Sedang kami (saya dan beberapa keluarga) saling ganti shift. 

Begitulah, di sini saya belajar tentang kesetiaan, kesabaran, dan keikhlasan.


Comments