25

Dan kematian itu merupakan sebuah kepastian.
  
Dengan segera kuhabiskan makan pagiku kali ini, lauk sederhana yang baru kubeli dari salah satu warung langganan di Keputih. Mengemasi pakaian dan barang yag kira-kira harus dibawa pulang, seadanya dan terburu-buru. Segera saja aku izin pada anak-anak di asrama, mengsms beberapa orang yang terkait dengan amanah kala itu. Dan segera saja kuarahkan vario pink ku ke jalanan Surabaya menuju Bungurasih.

Di perjalanan, masih terngiang, “Bapak nggak sadarkan diri dek, dari kemarin. Segera pulang” . Yah, percakapan singkat dengan tetanggaku sekaligus sahabat ibuku yang pada akhirnya membuatku bergegas pulang dengan bus jurusan Surabaya-Ponorogo.
Di dalam bus, pikiranku masih melayang. Mengingat beberapa bulan akhir ini memang kondisi bapak menurun, membuatku semakin sering bolak-balik Surabaya-Madiun untuk menjaga beliau. Semakin sering pula aku meninggalkan asrama dan amanah kampus. Saat itu memang semester akhir bagiku, jadi kuliahpun tinggal satu mata kuliah dan tugas akhir, jadi tidak perlu khawatir untuk ketinggalan kuliah.

Sesampainya di rumah sakit, yah well rumah rasanya pindah ke rumah sakit selama beberapa bulan, langsung ke ruang di mana bapak dirawat. “Bapak nggak bisa makan, udah nggak sadar dari kemarin” kata ibuku mengabarkan. “Pak, immash pulang” bisik ibu pada bapak. Kulihat bapak mengerjapkan mata beberapa kali. Dan akupun mencoba menyuapkan air putih dengan sendok ke mulut bapak yang mengering, setelah air mulai bisa diterima bapak, akupun mencoba untuk menyuapkan bubur sumsum. Dan kembali bapak mau menerima bubur sumsumnya, tapi hanya dua sendok, itupun bagian ujungnya saja.

Dan ternyata itulah makanan terakhir yang masuk lewat mulut bapak, setelah itu makanan disuplai melalui semacam infus makanan. Sampai akhir berpisah dengan bapak, tidak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulut beliau.

Hampir tiga tahun berpisah dengan beliau, dan lagi-lagi saya masih sering berpikir bahwa bapak hanya pergi tugas ke luar kota, tidak lama.


Alhamdulillah, gadis kecil yang dulu sering bapak panggil “Nduk” sekarang sudah 25 tahun.  Semoga Allah melapangkan kubur bapak, sampai jumpa di tempat terbaik di sisiNya. 

Comments